Kamu mau (kopinya) yang kuat, setengah kuat atau biasa? Mendapat pertanyaan tersebut muka mas Teguh tampak pias. Antara bingung dan sedikit shock. Saya pun nyaris tersedak tawa yang tertahan, bukan karena pertanyaannya tapi melihat perubahan raut muka si mas Master Suhu ditanyain kekuatan sama anak kecil.

Shenia kembali mengulangi pertanyaan yang sama dengan memelankan laju bicaranya dan menekankan tawaran pilihannya dengan bahasa Inggris: STRONG, MEDIUM atau LIGHT.Yup, petang itu Shenia bertugas sebagai barista mendampingi ayahnya, Josh Estey di Bear & Co; kedai kopi di Pasar Santa, Jakarta Selatan yang dikelola oleh Josh dan Dian.

Sebenarnya usai menikmati Bakmoy dan secangkir kopi di Gayobies, maksud hati ingin mencicipi secangkir kopi dingin atau istilah kerennya cold brew di ABCD. Berharap antrian sudah sepi, kami kembali ke depan loket ABDC namun barista yang bertugas menginformasikan stok kopi sold out!
Tak ingin diliputi kecewa, sasaran pun beralih ke Bear & Co. Entah siapa meracuni siapa, dalam sekejap tangan telah menggenggam segelas Grizzly.
Grizzly adalah salah satu menu spesial yang ditawarkan oleh Bear & Co. Sebagai penggembira kopi yang hanya menyesap kopi saat panggilan jiwa menggema; Grizzly membuat kepala berat. Aroma kopinya sangat kuat, rasa asamnya tertutup oleh pahitnya kopi yang akan tersisa di lidah. Bagi saya yang bukan penikmat kopi sejati harus berhati-hati. Tanpa memperhitungkan sebelumnya telah menyesap secangkir kopi itam di Gayobies; saya menyeruput Grizzly yang kandungan kafeinnya dua kali lipat dari kopi biasa karena proses brewingnya yang tak biasa.

“Bayarnya sama Ibu saya ya,”pesan Shenia dengan senyum manisnya. Sebelum beranjak dari depan Shenia, Josh yang sedang bertugas mencuci gelas ikut nimbrung dan mengingatkan,”you can bring the glass keliling pasar but please remember to bring it back here.”
Pesan Josh adalah bagian dari peraturan yang diterapkan oleh Bear & Co yang tercantum dalam House Rulesnya. Mereka tak ingin si gelas menjadi yatim dan kesepian bila tak dikembalikan ke kedai.

Tiga buah meja berhimpit di dalam kedai serta beberapa bangku berjejer di luar digunakan bersama oleh pengunjung kedai-kedai yang ada di lantai 1 Pasar Santa. Setiap orang bebas untuk duduk dimana saja. Kalau tak kebagian bangku tangga pasar pun dijadikan tempat duduk yang nyaman untuk bersosialisasi.
Sama seperti sebagian besar pemilik kedai di Pasar Santa, Josh berjualan kopi karena hobi. Josh dikenali sebagai bule penjaja kopi keliling yang sering mangkal dengan sepedanya di sekitar Sudirman – Thamrin saat Jakarta Car Free Day. Sedang bear adalah sebutan untuk 3 orang anaknya, Diva, Shenia dan Nicholas; yang kemudian dijadikan brand kopinya.

Baru seperempat isi gelas dialirkan ke tenggorokan, kepala terasa berat dan badan serasa melayang. Oh maaaak, saya mabok kopi! Tersadar mendapat pelajaran dari segelas kopi jangan silau pada rentetan tawaran yang menari di depan mata. Harus bisa mengendalikan hasrat agar tak melayang-layang dibuai harap. Aaakkkhhh i got dizzy with grizzly tapi tetap disesap saking penasaran pada rasanya. Saleum [oli3ve].
warung kopinya unik… peraturannya lebih unik lagi, harus dikunjungi kapan2 kalau ke pasar santa 🙂
Iya, house rulesnya unik selembar folio 😉
Aku kemarin ke sini lho. Ada acara di tempatnya Teddy & Maesy. Tapi sayang sekali, warung2nya pada tutup kecuali warung miechino-nya 😥
diajak Teddy juga tapi baru liat pesan hari Minggu, lagi sabtu-minggu jadwal lagi susah ;). blajar nulis kan?
Tuh kan, bener dugaanku. Mas Teddy cuma mengundang orang2 di lingkaran pergaulannya yaitu blogger yang dikenalnya aja. Aku udah siap2 bawa bukumu lho mbak, soalnya aku ngira, mbak Olive pasti diundang juga 🙂
kegiatan kemarin kan memang disesuaikan dgn ketersediaan tempat yg terbatas. demi memaksimalkan sharing antara yg berbagi & yg ikut, wajar kalau yg diundang pun yg mau serius belajar *sok teu gw*
duh mbak,kok makin penasaran ya saya sama pasar santa hehe…pesannya josh bikin ketawa ya,keliling pasar hahaha…kebayang logatnya^^
kata orang rasa penasaran harus diobati loh mbak Hana 😉
penasaran ama temapt ini kak, next mau dong kaka heheh
thanks for sharing much info about pasar Santa. do you write about Bandung too?
Yup, last time I went to Bandung I visit Soldaten Kafe