Pattaya tak pernah masuk dalam daftar destinasi (impian) perjalanan yang hendak dijelajahi. Membayangkannya pun tidak. Maka ketika mendapatkan itinerary dengan Pattaya sebagai salah satu destinasi yang harus dikunjungi; ragu sempat menyeruak dalam hati, akankah dapat menikmati perjalanan?

Jelang hari keberangkatan, itinerary itu kembali ditelusuri. Isinya masih sama, tak satu pun yang berubah. Namun hati telah terpikat pada sebaris nama yang tertera di sana. Tempat yang membuat semangat menggebu untuk segera berkemas. Let’s pack and go!
What you’re supposed to do when you don’t like a thing is change it. If you can’t change it, change the way you think about it. Don’t complain! – [Maya Angelou]
Tanda waktu di pergelangan tangan kanan tepat menunjukkan pk 16.30. Senyum ramah Sally Suen, Assistant International Marketing Manager, The Ancient City Co.,Ltd. menyambut dan mengiring langkah, melihat dari dekat kegiatan yang sedang berlangsung di workshop The Sanctuary of Truth sore itu.
Di salah satu sudut ruangan, seorang perempuan muda bersila di lantai. Sorot matanya tajam menekuri potongan kayu jati di depannya. Jari jemari lentiknya dengan cekatan menarikan pahat dalam genggamannya, mengikuti irama palu yang diayun oleh tangan kanannya. Sesekali ujung jarinya mencowel serpihan-serpihan kayu yang terkikis ujung pahat memastikan sang pahat tak salah ditancapkan.

Perempuan pemahat! Dirinya tak sendiri, beberapa perempuan yang duduk di kiri kanannya juga melakukan hal yang sama. Berkawan akrab dengan pahat dan palu, dari pagi hingga petang. Sebagian besar berasal dari Kamboja dan Myanmar, bersama 200 pemahat terlatih mereka sehari-hari memahat di Sanctuary of Truth.
Manusia hanyalah sebutir debu yang berpijak di bumi. Keabadian, kedamaian dan kenikmatan sejati hanya ada padaNya, Sang Pencipta semesta. Sedang dasar untuk belajar dan menyelami makna kehidupan, ketenangan batin dan perdamaian itu sendiri berawal dari keluarga, komunitas terkecil dalam masyarakat. Berdiri gagah di bibir Rachvate Cape, utara Pattaya; Sanctuary of Truth adalah realisasi visi milioner Thailand, sang inspirator, Khun Lek Viriyapan. Mengadopsi lekuk bangunan abad 17, Sanctuary of Truth dibangun sebagai tempat untuk menyelami dan memaknai kehidupan spiritual.

Perempuan adalah makhluk yang diagungkan di tempat ini, yang melahirkan manusia ke bumi. Ditempatkan di puncak menara sebagai simbol pembawa perdamaian; orang pertama yang mengajarkan moralitas bagi keturunannya. Mereka digambarkan sebagai laskar perkasa, pemuji, penari, penyeimbang kehidupan, sumber inspirasi, pemberi kehidupan yang berdiri di sekeliling raja, satu-satunya lelaki di sini.
Sanctuary of Truth terbagi atas 4 (empat) ruang besar yang masing-masing memiliki makna namun saling terkait satu sama lain. Ruangan pertama melambangkan alam semesta dimana semuanya bermula dengan Bumi, Air, Angin dan Api sebagai elemen terbesarnya. Di ruang ini bersemayam Trimurti menurut kepercayaan Hindu: Shiva yang adalah Dewa Bumi dan Api, Wisnu sang Pemelihara adalah Dewa Air serta Dewa Langit, Brahma sang Perancang. Tepat di atas ruangan ini terukir wajah Bodhisatwa yang tersenyum memandang semesta, melambangkan seorang pemimpin bijaksana, yang memimpin dengan cinta kasih dan adil.


Ruang kedua created environment, tempat untuk mengasah pengetahuan. Manusia sebagai makhluk bermoral yang memiliki kedudukan tertinggi dari makhluk lainnya. Matahari, Bulan dan Bintang adalah tiga elemen semesta yang memberi warna dalam memaknai kehidupan.
Moralitas dan pembentukan karakter manusia, pertama kali diajarkan di dalam keluarga oleh orang tua; ayah dan ibu kepada anak-anaknya. Kuat tidaknya landasan cinta kasih, menghormati dan menghargai sesama ini akan terlihat kala sang anak melangkah ke lingkungan masyarakat di sekitarnya.

Ada kedamaian tersendiri ketika melangkah di setiap sudut ruang yang ada, langit-langit yang tinggi dihiasi dengan ragam pahatan pelajaran kehidupan, membawa alam pikir untuk meresapi perjalanan hidup hingga langkah terhenti di depan Parental Pure Love. Memandang kagum pada sosok Khun Lek Viriyapan dan istrinya Khun Prapay Viriyapan yang gambarnya tergantung dalam ruangan itu. Sebait doa dipanjatkan pada sang Khalik untuk ketenangan dan kedamaian mereka. Di ruang yang mengingatkan bahwa tatanan berinteraksi dengan masyarakat bermula dari dalam keluarga, hati ini lekat dalam senyap; merindu hadirmu.

Ruang terakhir adalah The World Supporter, ruang yang dipahat dengan pelajaran akan Kasih, Kebaikan, Pengorbaan dan Berbagi. Setiap keyakinan mengajarkan kebaikan, bagaimana respon manusia terhadap pengajaran itulah yang membawa dampak dalam menjalani kehidupannya.
Dua dasawarsa telah berlalu, Sanctuary of Truth yang dibangun sejak 13 Agustus 1981 masih terus disempurnakan. Meski sang inspirator Khun Lek telah menghadap sang pencipta pada 17 Nopember 2000 lalu, namun para perempuan pemahat itu tetap bersemangat melanjutkan pekerjaan mereka. Memahat makna kehidupan, cinta kasih lewat pahatan tangan mereka yang akan dinikmati penghuni semesta di Sanctuary of Truth yang ditargetkan selesai pada 2025 mendatang.
Pk 17.30 usai mengitari Sanctuary of Truth, kaki melangkah kembali ke workshop hendak bercengkerama dengan perempuan pemahat yang ada di sana. Namun hanya ruang senyap yang ditemui, para perempuan pemahat itu telah pulang. Senyap yang membawa langkah ke tepi telaga, menyelami makna perjalanan yang telah ditapaki.

Meski belum saatnya makan malam; Sally mengajak menikmati santap malam di Naklua Kitchen sembari menanti matahari terbenam. Mr. Khun Nun, Manager Naklua Kitchen telah menanti dengan ragam hidangan yang merangsang enzim pencernaan mengirimkan sinyal tanda lapar ke otak.
Pencernaan pun dimanjakan dengan hantaran Po Taek, Kao Pad Luam Mid Taleh, Gung Mae Num Pao, Puu Nim Pad Pong Curry, Muek Tord Gratiam, Pla Gra Pong Tord Num Pla, Ho Mok Taleh Nai Maprao dan Oa Suan Grob yang masih mengebul yang menghampiri meja makan. Usai bersantap malam, mata dimanjakan oleh pemandangan indah kala pendar langit jingga turun menyelimuti semesta hingga mentari tenggelam di Sanctuary of Truth.
Tak ada yang lebih nikmat dari hidup ini ketika rasa syukur terangkai padaNya, Sang Pemilik semesta. Tetiba teringat dirimu, merindu langkah bersama yang jejaknya mulai tersapu angin. Di sudut Naklua Kitchen, setitik asa disemai di dasar hati, satu hari nanti kan kembali tuk melihat karya indah ini terselesaikan dengan sempurna. Hati pun mengerti dengan sendirinya kenapa langkah dibawa ke Pattaya, demi satu janji untuk kembali merangkai senja, bersamamu; di Sanctuary of Truth. Saleum [oli3ve].
Ibu, telapak kakinya adalah pintu ke surga. Ibu juga perempuan. Di Sanctuary of Truth, perempuan menjadi pemahat surga. Perempuan menjadi lambang-lambang yang hebat, menginspirasi. Tak heran, Sujiwo Tejo menggambarkan laki-laki sebagai kanak-kanak abadi terhadap perempuan 🙂
maka hormatilah perempuan 😉
Pasti kakak 🙂
harus membaca kitab ramayana dan mahabarata dulu sampai kelar.
habis baca ada ulangan lho, ntar balik sini lagi aah *lirik2 sponsor*
aku ikut… jadi tukang poto atau pikul triot juga boleh.
wah,itu pahatan semua ya mbk….*geleng2*,bagus bangettt^^
iya, masuk ke dalam lebih takjub lagi 😉
ngikutin tulisan kak Olive tentang Thailand bikin ngiri ihh.. gimana caranya bisa ke Thailand gratisan kak? bagi dong ilmunya 😀
sesekali nganan donk biar imbang 😉
waktu itu sih menang lomba yg hadiahnya jalan2 gratis. siapa tahu esok or lusa dpt kesempatan juga, kalo udah rejeki nggak akan lari koq
Ini ngiri yg nganan kok kak 😀
Aku kira sengaja nyari sponsor kak, ternyata rejeki anak sholeh yaa?! 🙂
telaten banget ya mbak,
yg bginian gak bisa dinilai dgn uang deh kayaknya!
iya, dan detail