Secara nggak langsung, Mas Joko-lah yang menghentak kaki melenggang ke Bandung awal bulan kemarin setelah berabad-abad nggak pulang. Kalau tak salah mengingat, terakhir menjejak di bumi Parahyangan kurang lebih 2 (dua) tahun lalu. Idiih, gilingan cabe! Lama juga ya! Dan, gegara Maknya Cemen semalam bertanya panjang lebar keabsahan sebagai warga Bandung, jadi teringat perjalanan demi selembar kertas suara untuk Indonesia yang lebih baik.

Dapat jadwal travel untuk pulang ke Jakarta masih beberapa jam lagi. Perut mulai meronta, bukannya pulang ke rumah; malah memilih kelayapan mengusir galau. Melangkahkan kaki mencari tempat yang enak untuk mengisi waktu luang. . Serasa mengulang perjalanan Ramadhan 2012, hanya beda tujuannya aja. Kali ini niatnya harus kesampaian ke Soldatenkaffee!
Selatan Bandung bukan bekas daerah jajahan, maka dengan mengandalkan memori yang mulai soak, keluar dari Arcamanik dengan ojek ke Antapani. Dari terminal Antapani ‘nyambung naik angkot jurusan Ciroyom yang kosong melompong ke Bandung Indah Plaza sambil mikir nanti dari Jl Aceh lanjut pakai angkot warna apa ya ke Lengkong Besar? Mari bertualang, nggak ada angkot bisa jalan kaki!

Karena angkotnya kosong, saya memilih duduk di samping akang sopir demi mendapatkan pemandangan yang lega, depan dan samping kiri kanan selama perjalanan. Akang sopirnya terlihat sibuk mengutak-atik koleksi CDnya, memasukkannya ke dalam CD player di depan lalu menarik gas meninggalkan terminal Antapani setelah penumpangnya bertambah satu di belakang. Tetiba ….
time, it needs time to win back your love again
i will be there, i will be there
love, only love can bring back your love someday
i will be there, i will be there
Aseeeeeem!! kenapa lagu ini yang mendayu-dayu di siang yang terik saat kepala puyeng menahan lapar? Sementara suara Klaus Meine mengalun memenuhi ruang kosong di dalam angkot, ada yang berontak di dalam raga membuat suasana hati mengeruh sesaat.
if we’d go again all the way from the start,
i would try to change the things that killed our love
your pride has built a wall, so strong that i can’t get through
is there really no chance to start once again
i’m loving you
Nada yang menggelitik jiwa, teringat akan perjalanan kemarin yang ditempuh bersama. Your pride has built a wall, so strong that i can’t get through … berulang kali potongan syair itu menggedor relung hati, sampai kapan kau kan bertahan dengan keangkuhan-mu yang keliru? Aaaaah, sudahlah … lebih baik memikirkan dimana hendak makan siang daripada membuang energi dengan hayalan tak pasti.
Still Loving You-nya Scorpion masih terus mengalun saat kaki menjejak di perempatan Aceh – Merdeka, menanti angkutan berikutnya untuk meneruskan langkah. Sempat meragu hendak melambai menyambut teriakan kondektur bus Damri yang melaju perlahan ketika tersadar rute Damrinya berbelok ke arah Alun-alun. Mau jalan kaki, matahari sedang garang-garangnya dan aksi demo dari kawasan tengah semakin gencar dilancarkan. Begitu melihat ada taksi yang mengarah ke Merdeka, langsung disetop.
Sampai di Cikawao ternyata Soldatenkaffee-nya baru buka menjelang senja karena semalam habis nobar piala dunia dan hari ini pada nyoblos. Trus, perutku bagaimana??? Setelah clingak-clinguk, eeeeh di seberang Soldatenkaffee tampak sebuah tempat makan yang baru dengan kranz bunga yang masih berdiri di depannya. Tak ada pilihan lain, kaki pun berlari menyeberangi jalan mendekat ke TKP, Warung Kota!

Wangi perabot yang masih baru tercium begitu memasuki Warung Kota, tanya-tanya sama Mia yang punya warung; ternyata warungnya baru buka beberapa hari. Usai menyusuri menu, pilihan dijatuhkan pada paket Nasi Kampung karena tertarik dengan isinya ada peda, tempe tahu dan sayur lodeh. Tak jauh-jauh dari ikanlah! Untuk minumnya, nyobain Jus Melon yang rasanya seger dan diolah dengan pas tanpa pemanis berlebihan. Penasaran dengan rasanya? Kalau nggak berniat untuk makan lagi di tempat lain, dijamin saya bakal pesan menu tambahan lainnya 😉 *lapar apa doyan ya?*
Warung Kota
Jl Cikawao No 11, Bandung
Telp 022 – 4239971


Total kerusakannya nggak banyak, hanya Rp 35,500 untuk 2 (dua) jam duduk memuaskan lidah mengenyangkan perut, menumpang nge-charge HP sampai penuh, dipinjami saluran telpon untuk mencari travel sembari menunggu target berikutnya buka. Indahnya hidup ketika kita bisa berbagi dan mensyukurinya. Wilujeng sumping, saleum [oli3ve].
itu yang burung sangkar diatas meja apaan kak? lucu bgt, aaak ada pedanya aku sukaa
itu lilin, keknya sayang deh kalo dibakar. saya kemarin akhirnya dikasih lilin yg lain hahaha
Nsi kampungnya kayak nasi timbel ya mbak…hehe. kalau aku ada favorit juga di bandung mbak, namanya Warung Misbar…ada layar bioskopnya gitu, nyetel film2 jadul 🙂
dimana tuh? aku udah lama nggak ke Bandung, nggak update soal tempat jajan 😉
di jalan riau mbak 😀
Ooooh Riau nah dulu daerah jajahan, tiap hari lewat sana. Ntar kalo ke Bandung tak samperin deh
Pete gorengnya seksi bener , kulitnya mengkilat… Isinya merekah wakakkakaka jadi laper
dilihat dari gambar tempatnya keren bgt
Tempatnya asik koq, makanannya juga enak
beuh! gara-gara aku sering stalking semua medsos onlinenya pak emil, jadi ngiri maksimal sama bandung. Terancam jadi kota terkeren se-Indonesia. Pernah liat juga di IG-nya beliau, ada restoran yang gedungnya persis sangkar burung. Ruangannya flyover gitu, terdiri dari banyak “sangkar” yang letaknya berjauhan. Bener-bener ngeces aku pengen traveling keliling bandung. hikss..
anyway, thanks for shared ya bu Olive 😀
suka banget sama foto sangkar burungnya yang cute, hihi