Satu waktu seorang kawan datang ‘ngedumel merasa diracuni usai membaca resensi sebuah buku di rumah ini. “Gara-gara loe ya Lip, gw bela-belain keliling ke toko buku mencari buku itu. Awas kalo ternyata jelek!”
Kita sering mengerutkan kuping ketika mendengar kata sejarah. Terlebih saat buku sejarah disebut, kening pun turut berkerut diiringi gerakan bibir membentuk senyum sinis. Entah sudah berapa ribu kali pertanyaan,”koq suka sih baca buku begitu?” acapkali sebuah buku yang bersinggungan dengan catatan sejarah terlihat dikepit di tangan.
Apa asiknya sih menyusuri deretan kata yang membentuk rangkaian kalimat datar tentang peristiwa masa lampau? Baru baca seperempat halaman mata sudah didera BOSAN.
Malam ini sebuah buku yang masuk dalam kategori membosankan itu tuntas dibaca. Dan dengan seribu rasa pede resensinya dibagikan demi menebar racun agar banyak yang tergerak untuk melepaskan diri dari kebosanan. SEMUA UNTUK HINDIA, buku karya Iksaka Banu; resmi diluncurkan ke publik 12 Mei 2014 lalu. Berisi tiga belas cerita pendek (cerpen) yang berkaitan dengan catatan-catatan bersejarah yang pernah terjadi di negeri ini.
Semua kisah yang tertuang di dalam buku ini menarik. Dan dari ke-13 cerpen yang terangkum di dalamnya, saya menyukai Keringat dan Susu, Semua untuk Hindia, Pollux, Bintang Jatuh, Mawar di Kanal Macan dan Penabur Benih. Entah karena enam kisah tersebut bersinggungan dengan tokoh-tokoh dalam catatan sejarah yang secara kebetulan jejaknya pernah disusuri. Atau … bisa jadi karena terbawa suasana hati. Biar tambah penasaran, saya hanya ingin berbagi catatan kecil yang terangkai di tiga kisah.
Bintang Jatuh, kisah ini mengemuka dari kejatuhan Adriaan Valckenier karena peristiwa Batavia 1740. Suasana panas dua pemimpin raksasa yang telah terjadi semenjak keduanya berambisi untuk menduduki kursi Gubernur Jenderal, Valckenier dan van Imhoff. Menjadi menarik karena Bintang Jatuh justru meramu kisah tentang persekongkolan komplotan rahasia untuk membunuh van Imhoff.
Apa yang sebenarnya terjadi? Sejarah mencatat Valckenier dengan kelicikannya memulangkan van Imhoff ke Belanda. Setahun pelayaran, baru menjejak di pelabuhan, van Imhoff diminta segera kembali ke Batavia untuk menggantikan Valckenier.
Mawar di Kanal Macan, cerita perselingkuhan dan perzinahan yang memang telah terjadi sejak jaman Abraham. Tentang petualangan cinta nan menggelora antara Elang, seorang prajurit berpangkat sersan dengan Mawar, perempuan pintar dan kaya, istri seorang terpandang di Batavia.
Kisah jalinan asmara yang terangkai di bawah bayang-bayang hukuman yang pernah diterima oleh Sara Specx dan Pieter J. Cordenhoff, seorang calon perwira. Pada 1629, Pieter dipancung di alun-alun Stadhuis sedang Sara, harus merelakan punggungnya dihujani ciuman cambuk. Sara, puteri Jacques Specx yang lahir dari perempuan selingkuhannya di Firando, Jepang. Dititipkan sang ayah kepada sahabatnya Om Coen karena tak mungkin dibawa pulang ke Belanda. Sara dan Pieter yang ketahuan sering bermain api di rumah orang tua angkat Sara, J.P. Coen mendapat hukuman dari sang Gubernur Jenderal. Sehari setelah Om Coen meninggal, Jacques Specx kembali ke Batavia dan menjadi Gubernur Jenderal menggantikan Coen 3 hari kemudian pada 25 September 1629.
Apakah kau juga sedang berusaha mengatakan bahwa yang kita lakukan ini benar? Dengar Aalt, kita boleh menyebut hubungan ini cinta. Tapi di mata mereka, ini tetap skandal. Meski sudah tujuh tahun tinggal sendiri di istanamu, engkau masih Nyonya Ewald.
Jangan pernah menumpuk, mengipas bara dan bermain api bila tak ingin terbakar.
Penabur Benih, mengingatkan pada jejak para pekerja di ladang Tuhan. Opa van der Grinten, Opa Verbraak, suster-suster Ursulin, Opa van de Loosdrecht hingga Cornelis de Houtman yang berduel dengan IBU.
Kisah Jacob, novis Katolik asisten Pater Albrecht van der Gracht yang menjadi pendoa di salah satu armana Cornelis de Houtman, Duyfken; dalam pelayarannya ke Hindia Belanda.
“Dunia berubah, Nak,” bisik Pater … “Ilmu pengetahuan berlari cepat … Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei membuka rahasia benda-benda langit, menunjukkan bentuk bumi yang seperti bola. Memberi jalan bagi para petualang untuk berlayar jauh, menemukan dunia baru. Tetapi menuju ke mana semua ini? Apalagi ditambah kehadiran kaum reformis. Apa yang Tuhan inginkan dengan segala perubahan besar, perbedaan dan perpecahan ini?”
“Agar kita semakin setia kepadaNYA?” Di antara rasa gentar dan gembira, diam-diam aku bertanya kepada diriku sendiri, inikah kebun Tuhan yang harus kugarap?
Buku ini mengundang keingintahuan dan penasaran untuk menyusuri setiap kata yang terangkum di sana hingga lembar terakhir. Kisah yang dituturkan dalam alunan fiksi sejarah yang sungguh menggelitik. Jangan marah bila membuatmu enggan beranjak dari duduk, malas berlari ke kamar kecil; demi melahap habis isinya. Dan, maafkan jika tulisan di sini menggoda iman untuk mengintilnya. Saleum [oli3ve].
Kabarnya buku ini emang keren banget. Sudah masuk daftar belanjaan dari bulan lalu. tapi masih belum sempat melipir ke toko buku 😐
beberapa tulisannya pernah dimuat di media cetak mbak,
harus beli #racun
Harus pake banget! Hhehe..
Diracunin buku2 bermutu aku sih ikhlas mbak :))
rasanya akan menutrisi otak dengan buku2, terimakasih mbak atas racunnya… (kabur ke toko buku
hati-hati racunnya mengendap 😉
wadooo, lg gk sempat baca buku ginian.
bang, kemarin aku ke gerai buku n numpang baca tulisannya di antology perjuangan pemuda2 Aceh mengejar beasiswa keluar negeri 😉
oh ya? ada baca tulisanku? entah ada pun 🙂
ada, yg abang ke klinik gigi tanpa keluar sepeser pun 😉
hehehe, ada juga rupanya 🙂