Bagi yang suka mampir kemari, pasti tak asing dengan gambar berikut meski penampakannya tak selalu sama karena gambar yang atas sengaja dipasang bergantian sedang yang di pojok kanan akan selalu ada di situ. Gambar yang sama dipajang lebih gede lagi di laman Travel Blogger Indonesia! Maaf, tulisan ini memang sengaja diawali dengan sedikit pamer gambar diri bukannya langsung ke topik yang membahas judul di atas. Eitzzz, bentar dulu; meski rada narsis gambar tak biasa ini diambil di depan tempat peristirahatan tiga orang yang namanya sering disebut kala membahas peristiwa yang terjadi 68 tahun yang lalu di bulan Oktober – Nopember di Kota Pahlawan, Surabaya.

Nisan di depan adalah penanda makam Brigadier AWS Mallaby.,CIE.,OBE sedang buku yang sedang dibuka itu yang menghantarkan langkah menjumpai Opa Mallaby pada satu pagi di awal Pebruari 2012 yang lalu di Jakarta War Cemetery (Makam Perang Jakarta). Sebenarnya catatan tentang perjumpaan ini pernah dibagi di Kompasiana, juga dicopas ke sini. Kebetulan, bulan ini bulan pahlawan dan teringat kepergian Opa Mallaby itu tepat 68 tahun yang lalu (Mallaby tewas 30 Oktober 1945); maka catatan ini dibuat sebagai pelengkap sebelum ide di kepala mengendap dan terlupakan.
Adalah Om Des Alwi yang telah meracuni kepala ini lewat tuturan kisahnya dalam Pertempuran Surabaya November 1945 yang saya temukan menyempil di tumpukan buku pelajaran sekolah di Gramedia Citra Land akhir Januari 2012. Hanya orang gila yang mau bersusah payah untuk mencari petunjuk ketika matanya terbius untaian kata yang tersusun dalam lembaran buku yang sangat menggoda seperti gambar di bawah:

Petikan kata TPU Menteng Pulo di ataslah yang membawa langkah ke Jakarta War Cemetery. Kalau Pangeran Charles dan Putri Diana aja bisa blusukan ke JWC, masa sebagai warga yang menumpang hidup di Jakarta nggak mau tahu dan melongok sama sekali? Kira-kira begitulah kobar semangat yang menggebu untuk segera mencari jejak Opa Mallaby kala itu. Tentang Jakarta War Cemetery (JWC), silakan dibaca ulasan yang ditulis oleh paman saya di The Aroengbinang Project.
Hati ini jatuh cinta sejak langkah pertama menapak di atas hamparan rumput hijau menuju pelataran taman peristirahatan. JWC adalah satu di antara sedikit taman peristirahatan yang tertata rapi dan terawat di Indonesia yang selalu hadirkan rindu untuk kembali ke sana sekedar duduk di pinggir taman menyelami sepinya.


Jejeran nisan berbentuk kotak yang menyembul di antara hijaunya rerumputan, rapi berderet hadirkan kedamaian serasa nggak berada di jantung Jakarta yang bising. Beberapa nisan tak dikenal padanya terpatri “A soldier of the War”, “A Sailor of the War”, “An Australian Soldier” atau “A Soldier of the Indian Army” dilengkapi dengan tahun perang.
Menyepi di tempat ini akan membawa kita merenungkan akan arti hidup dan kehidupan. Kala duduk di depan mereka yang pernah ada yang kini hanya bisa diam membisu, dan ketika mengedarkan pandangan ke sekeliling tampak menyembul gedung-gedung tinggi tempat manusia berpacu dengan waktu mengisi hari dan kehidupannya.
Hari ini saat kita masih diberi kesempatan untuk menikmatinya, sempatkan untuk berpikir jejak apa yang akan kita tinggalkan yang akan berbuah manis untuk dikenang oleh mereka yang akan ada di kemudian hari. Selamat menyambut Hari Pahlawan, bersyukur untuk hidupmu tetaplah berjuang kawan [oli3ve].
Dua paragraf terakhirnya bikin …~_~…
sodorin tissue 😉 that’s life
saya selalu kepengen banget bisa motret dan design kayak yang di header blog Ibu ini. Kereeeen *_* sayangnya, saya belum bisaaa T__T
pasti bisalah yang penting sabar latihannya
btw makasih sudah mampir ya, tadi mampir ke blognya. udah keren koq, simple tapi enak lihatnya
selamat hari pahlawan… rupanya masih sodaraan sama om aroengbinang 🙂 sempat baca beberapa tulisan mbak olive di blog om AB … saLeum
iya, om BA ketemu pas lagi mau nyepi di JWC hahaha … udah lama nggak ‘nulis di sana
oh iya, kebalik, om BA… 😀
oh…aku suka semua jenis wisata sejarah mbak, gak cuma kuburan aja.. makanya sempat dibilang kemaruk sm temenku yg hobi arsitektur kuno
yg berhubungan dengan sejarah dan budaya memang selalu menarik untuk ditelusuri tentu saja bagi yang berminat
karena yg lain sering bertanya,”apa yang kamu cari?” hahaha*
Merinding bacanya. Perenungan yang manis, kak 🙂
makasih kk Ekaaa, selamat ya 😉
yups…aku kurang suka wisata alam, begitu dilihat paling ya kagum, kalo udah pulang ya selesai.. tapi kalo sejarah bisa memicu 1001 pertanyaan kenapa begini kenapa begitu hehee… *TOSS
TOSS balik deh
Paling suka kalimat ini >> “masa sebagai warga yang menumpang hidup di Jakarta nggak mau tahu dan melongok sama sekali?” hehehe…
Semangat Hari Pahlawan 🙂
sebagai orang yang suka penasaran, kamu pasti pengen juga ke sini kan Lim? 🙂
Bangett…hahaha… Jakarta banyak banget ya makam yg bisa dikunjungi *sirik*
si sirik itu yang suka gangguin Oki dan Nirmala ya hahaha
Hahaha… Okay, tahun depan siapin tanggal khusus buat jelajah semua kuburan di Jakarta bareng mbak Olive 😀
beneran niiiiih? ditunggu ya
keren… cara memperingati hari pahlawan yang keren mbak… 🙂
hormat graaaak hehehe
ih olive mah emang keren selalu, blusukannya ke makam2 opa2 pula, baru ngeh.. jd info bisa di dapet dr mana aja, ya buku pelajaran sekolahpun bikin Olive tertarik 🙂
itu bacannya bukan buku pelajaran sekolah bu
sepertinya ada yang batal beli bukunya om Des lalu diselipin di antara buku pegangan sekolah 😉
beruntunglah gw, karena setelah itu iseng cek stok bukunya; ternyata habis wkwkw
Ohhh.. baca bukunya Om Des yg judulnya apa Liv ?
Judulnya di kalimat itu ada bu, Pertempuran Surabaya November 1945 😉
Ohhh hahaa. kurang nyimak..thanks Olive 🙂
hehehe … biasa itu bu
penyusuran bukunya bisa baca Menyusuri Jejak Pertempuran Surabaya November 1945
aku pernah share di Kompasiana juga, segera naik cetak hahaha
meluncurrrrr
hati-hati prosotannya licin bu Seno 😉
baca postingan ini baru inget kalau akan memperingati hari pahlawan
baca komen kk Danan jadi ingat, harusnya posting tulisan Hari Ini 105 Tahun yang Lalu 😉
ada banyak tempat2 yg bersejarah di Indonesia. sayang nya kurang mendapat tempat di hati media mainstream ….
seandainya saja dirjen parawisata bisa mengangkat tempat2 kayak gini …