Mengapa kau pergi, mengapa kau kecewakan
Mengapa kau hancuri, mengapa kau menghinakan
Mengapa kau sakiti, mengapa kau melukakan
Mengapa kau memberi, mengapa kau melupakan
Dengan getaran jiwa, kukemukakan pertanyaan
Mengapa … tembang lawas Nicky Astria menyambut kedatangan rombongan Malaysia Tourism Hunt 2013 (MTH2013) di halaman samping Gedung Abu Bakar, Bandar Maharani, Muar. Sejak menjejak di Malaysia, nyaris tiap saat mendengar penyanyi Indonesia berdendang di radio. Dari tembang lawas jamannya Endang S. Taurina hingga Tegar. Dan, saya baru tahu donk kalau lagu Aku yang Dulu bukan yang Sekarang; itu lagunya si Tegar. *aaah #maluku di #ambon*
Usai nge-brunch mie goreng yang mirip mie goreng Aceh plus meneguk teh tarik panas, sebuah permainan seru kembali digelar. Saya menyebutnya Ekspedisi Jengkol meski sebenarnya di agenda jelas-jelas disebut Scavenger & Food Hunt.

Jengkol dan ceker ayam mendadak menjadi benda paling dicari di Pasar Maharani, Muar pagi itu. Semua peserta MTH2013 asik berlari ke setiap sudut pasar untuk memenuhi misi membawa pulang kedua benda tersebut ke depan panitia.

Menurut seorang pedagang, jengkol adalah buah musiman sehingga jarang ada tidak seperti pete yang terlihat menghiasi beberapa lapak pedagang. Tak kehilangan akal, saya mencoba mendekati beberapa warung makan untuk melihat pajangan lauk hari itu siapa tahu ada semur jengkol! Ternyata, si kancing levi’s memang sedang ngumpet.

Lain halnya dengan ceker ayam, lewat petunjuk seorang bapak yang saya temui di salah satu sudut pasar ceker ayam dijual di dekat tangga penyeberangan di ujung terminal bis. Maka berlarilah Zul ke arah yang ditunjuk demi ceker ayam! Lima belas menit kemudian dia muncul dengan napas tersengal-sengal dan berpeluh tanpa membawa hasil karena nggak menemukan pedagang ayam. Ternyata kata abang-abang yang entah karena penasaran atau kasihan melihat kami mondar-mandir di pasar, ceker ayam yang dimaksud adalah sebangsa penganan! #gubrakssss

Lupakan jengkol dan ceker ayam, kami lanjut mencari jawaban untuk soalan yang lain. Kami masuk ke sebuah kedai kopi tua dan ditawari mau minum kopi yang sejuk atau panas. Tak ada soalan di sini hanya minum sampai tandas dan GRATIS!! Karena berpeluh, kami tak menampik untuk memesan kopi sejuk. Saya bukan penggemar kopi tapi karena ini adalah permainan, maka satu cup es kopi itam pahit yang tersaji di meja tandas dalam sekali teguk.
Permainan belum usai, langkah kembali dipacu untuk menemukan kedai kopi bertahun 1947 di atasnya. Kami harus berfoto di depannya bersama seorang makcik! Ternyata tak mudah menemukan makcik di sekitar tempat itu, kerja sama pun dilakukan dengan kelompok lain dengan berbagi jawaban soalan demi bisa “meminjam” makciknya untuk foto bareng hehehe.

Kelar foto-foto, langkah kembali dipacu mengejar waktu membawa kami ke sebuah kedai Mee Bandung. Ooh maaaaak! Perut langsung meliuk-liuk begitu melihat sepiring Mee Bandung disorongkan ke meja sebelah. Isi piring yang masih ngebul itu harus dihabiskan dan didorong dengan secangkir sirup sejuk. Kalau tahu bakal disuruh makan mie, tadi nggak usah makan sepiring mie goreng di Sultan Abu Bakar. Eh ternyata meski perut sudah penuh, mie yang tersaji di meja habis juga lhoooo! Malah isi piring si Zul sempat dibagi berdua dengan Kiki sebagai wujud kerja sama untukĀ menghabiskan jatah kelompok.

Tantangan berikutnya adalah …. menahan perut agar tidak berontak karena harus dibawa berlari sesaat setelah dipenuhi dengan mie yang mulai mengembang di dalam sana. Kali ini hati riang gembira mengikuti setiap tantangan dan nggak gitu banyak berdebat dengan dua cowok itu. Meski mereka tetap saja bertanya heran ketika saya menyodorkan jawaban soalan,”how do you know?” Pengen dijewer deh!

Sebagai akibat ketidakpercayaan mereka dan karena gak pengen ngotot-ngototan, terpaksa umpel-umpelan di atas mobil bareng kelompoknya Ayu jelang waktu habis. Demi menyempurnakan jawaban soalan, kami harus kembali ke satu gedung tua untuk lulumpatan sebagai barang bukti.

Muar, sebuah kota di Selatan Malaysia yang disinggahi oleh rombongan MTH2013 selepas dari Malaka. Begitu menjejak di kota ini hati langsung kepincut dengan bangunan-bangunan tuanya yang berwarna-warni menyembul di sisi jalan yang kami lalui.
Ah Muar, kota yang mengembalikan semangat juang, bangkitkan cinta dan menggelitik rasa. Lain waktu ya dibahasnya, salam kembara [oli3ve].
HIhihihi… Muar ini lokasi hunting paling lucu dan salah satu tempat yang paling seru setelah Bang Huris. Kekompakan tim berasa kompak sekali di sini. Ah, jadi kangen anak-anak yang lain deh.. :’)
iya bener banget … di sini kekompakan kelompok tuh terasa. satu lagi di kampungnya Hang Tuah; saya senang banget bisa menjadi wakil Indonesia mempersembahkan marka 10 sebagai penyanyi karbitan hahahaha
iya.. di Hang Tuah juga seru. Sama-sama bikin layang-layang. š
UK Farm juga seru Cit,
saya suka karena bisa minum susu kambing segar pakai nambah pula hihihi
jadi ingat dirimu mengejar kambing š
IIIIIhhhhhhhh rameeeeeeeeeee š¦
Jadi ngiriiiiiiii. Hehehe.
biar balance aku nganan yaaaa hehehe