Gajah Kembar dari Raja Chulalankorn


Satu senja iseng mampir ke Museum Nasional Indonesia setelah berjalan di bawah terik mentari sore dari Museum Taman Prasasti. Tujuan awalnya untuk meneduhkan diri sembari menikmati sepotong Es Potong, tapi karena pantat nggak bisa duduk diam malah iseng mutar-mutar di pelataran depan museum.

Melangkah ke depan patung gajah yang berdiri tepat di depan museum, baru sadar kalau ada yang hilang di belakang si gajah. Hmmm .. dipindah kemana tuh meriam-meriam? Nggak hilang khaaaaaaaaan? Sambil mikir, muncul dua perempuan sibuk membuat potret diri di bawah patung gajah. Yang seorang yang berlaku sebagai tur guide asik memainkan sebatang rokok yang dijepit di jemari kanannya ketika temannya bertanya,”do you know what is it mean?” sambil menunjuk ke tulisan di bawah sang gajah. “hmmmm … i think it’s Dutch

Mendengar jawabannya yang sok yakin karena sembari menyipit-nyipitkan mata menelaah tulisan yang terpampang di depan matanya, saya nyaris keselek es potong menahan tawa di sisi sang gajah.

museum gajah
Patung gajah di depan Museum Nasional Indonesia, Jakarta

Benar bahwa tulisan yang dia baca itu dalam bahasa Belanda tapi bukan itu jawabannya! Kalau saja mereka cukup pintar untuk melihat dengan seksama setiap sudut dari patung tersebut mereka akan menemukan jawabannya di sisi yang lain.

Lalu ada cerita apa di balik si gajah mungil yang setia berdiri di depan Museum Nasional Indonesia sehingga orang lebih mengenal tempat ini sebagai Museum Gadjah?

museum gajah
Sebelah kiri adalah tulisan yang dibaca oleh pengunjung di atas, keempat sisi di bawah kaki sang gajah terdapat 4 (empat) prasasti dalam yang ditulis dalam bahasa Belanda, Indonesia, Phasa Tai dan Arab.

Gajah mungil berwarna hijau itu adalah hadiah dari Raja Rama V atau Raja Chulalankorn dari Siam (sekarang Thailand) ketika melakukan lawatan ke pulau Jawa dan mampir ke Batavia pada Maret 1871. Diantara jadwal lawatannya, Raja Chulalankorn menyempatkan berkunjung ke Batavian Society of Arts and Sciences (sekarang Museum Nasional Indonesia) dan memberikan kenang-kenangan berupa patung gajah yang terbuat dari perunggu. Patung itu kemudian dipajang di depan musium seperti yang bisa kita lihat hingga hari ini.

wisata singapura
Kalau yang ke Singapura tujuannya Orchard Rd atau Universal Studio pasti nggak akan menemukan patung gajah ini

Sebelum ke Jawa, Raja Chulalankorn menjejak di Singapura sebagai negara pertama  yang disinggahi dalam lawatan kenegaraan tersebut dan memberikan pula tanda mata berupa patung gajah kepada penguasa Singapura pada saat itu. Oleh pemerintah Singapura, patung gajahnya dipasang di depan Victoria Memorial Hall. Pada 1919 sang gajah harus rela dipindahkan karena tempatnya akan ditempati oleh founder father-nya Singapura, Stamford Raffles. Kini kembaran gajahnya Museum Nasional Indonesia bisa kita jumpai di depan Parliament House of Singapore atau yang sekarang dikenal sebagai The Arts House at The Old Parliament.

victoria hall
Victoria Memorial Hall, tempat dimana si gajah mungil dulu berdiri. Sekarang tempatnya digantikan oleh om Raffles

Kejadian senja itu menambah keyakinan kalau kita tuh lebih suka sok tahu daripada menanggung malu disebut nggak tahu, padahal memang nggak tahu. Satu kebiasan jelek sebagian besar orang Indonesia ketika berkunjung ke museum adalah tak pernah betah untuk melihat secara detail koleksi yang dipajang. Mereka cenderung untuk melakukan kegiatan berpose di depan koleksi museum dengan beragam gaya demi menghasilkan satu gambar terkini, lagi ngapain, dimana untuk dipamerin di media sosial. Menurutmu? Salam sejarah [oli3ve].

10 thoughts on “Gajah Kembar dari Raja Chulalankorn

  1. Aku kalau ke museum kebanyakan pusing aja Mbak Olive. Terlau banyak informasi sehingga otak kecilku ini jafi mampet dibuatnya. Jadi kalau diijinkan motret aku akan motret saja, terutama keterangan pajangan biar nanti di rumah tak baca. Ngomong2 terimakasih sudah mengingatkan kembali bahwa patung gajah di depan Museum Gajah dari raja Siam. Aku hampir melupakan informasi ini 🙂

    1. sama koq mbak Evi, kalo diijinin motret saya pakai buat dokumentasi pajangan; kalo nggak ya selalu bawa bekal notebook dan pulpen di tas or pakai HP

      apa kabar mbak?

  2. Lip, dengar-dengaran patung gajah ini sebenarnya gak benar-benar hadiah, karena yang terjadi sesungguhnya benda ini ditukarkan dengan salah satu arca asli Indonesia. Dikiranya patung gajah adalah salah satu peninggalan kuno saat itu, namun ternyata buatan baru. Jadi untuk menutupi hal tadi, lebih sering diceritakan sebagai hadiah. Aku belum sempat cari tahu lebih jauh tentang ini.

    1. hahaha …namanya upeti Ndah adalah barang tukarannya
      cuma gw juga malas ngubek2 sampai sana, benda ini kenapa ada di situ aja banyak yg nggak tahu koq

      btw, pernah ke museum prasasti akhir2 ini?
      gw sebeeeeeeeeel banget, kuburan2 di sana prasastinya diangkat lalu kuburannya dinaikin. sebagian prasasti pecah2 jadinya, lalu lalu banyak malaikat2 didatangkan untuk mempercantik taman. gw khawatir malaikat2 lama yg sudah bocel2, patah2 tangannya itu ditukar dengan yg baru. prasasti2 yg berdiri di dekat lonceng kematian itu dibongkar lagi semuanya! sedih deh lihatnya, tamannya kan baru kelar direnov Nopember tahun lalu, sekarang dibongkar2 lagi 😦

  3. Dan sampai detik ini, kok aku kurang begitu bisa menikmati jalan2 di museum yaaa ??
    btw turut sedih atas hilang nya 4 arca, semoga bangsa kita lebih bisa menghargai sejarah nya 😦

  4. wah, gajahnya mengingatkanku pada gajah yang di buku the firework’s daughter – philip pulman. aku juga suka ke museum, suka dianggap aneh sama sodara2 kalau berkunjung ke kota mereka trus minta dianter ke museum.. 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s