Keseringan berbagi cerita tentang tempat senyap yang indah dan menarik hati sering berbuah protes,”gak ada tempat lain yang lebih menarik selain kuburan?” Padahal sih gampang ya, kalo gak suka; usah diintip-intip nanti malah penasaran, terjerembab lalu terjerumus hahaha. Tapi karena saya baik hati dan tidak sombong; demi memenuhi permintaan beberapa kawan tulisan kali ini sedikit berbeda dari tulisan-tulisan sebelumnya.
Alam memiliki daya magis yang memesona karena semesta diciptakanNya untuk dinikmati keindahannya. Meski tak terlalu sering bermain air laut atau berkelana ke gunung, saya juga penikmat semesta lhoooo.
Ramadhan 2011 lalu, saya menerima tawaran kawan berlibur ke pulau dengan maksud cibang-cibung ‘nyemplung di perairan sekitar Kepulauan Seribu. Untuk tidur, kami memilih mendirikan tenda di pulau yang tak berpenduduk namun sudah tak asing bagi pejalan yang sering kemping ke pulau. Malam pertama kami bermalam di bibir pantai Pulau Perak lalu malam kedua menyambut Idul Fitri di pulau Semak Daun. Nah, yang saya mau ceritakan adalah pengalaman tidur kemulan di dalam sleeping bag dipayungi langit diterangi taburan bintang di dermaga Pulau Perak.

Sekitar pk 11 malam cahaya dari perapian yang dinyalakan di dekat tenda sudah mulai redup. Wauuuwww semesta bermandikan cahaya bintang yang memantul di permukaan air laut hadirkan suasana tenang penuh damai diiringi petikan ombak membelai kaki-kaki dermaga. Kami mulai menghitung bintang, menebar mimpi lalu menertawai diri sendiri saat menyadari kiri kanan perempuan hahahaha. Ya, kami tiga perempuan yang menghindari berdesakan di dalam tenda, memilih dermaga sebagai alas tidur asik memandangi langit kelambu tidur kami malam itu.
Entah jam berapa kami terlelap hingga beberapa saat kemudian kuping menangkap suara riuh perahu merapat di dermaga. Langkah-langkah kaki yang melompat dari perahu menghentak papan-papan dermaga diselingi suara berat beberapa lelaki serta salakan anjing yang bersahutan meramaikan suasana yang tadinya senyap. Maksud hati ingin mengintip keramaian yang mendadak hadir namun rasa takut yang menyeruak ke permukaan membuat mata urung dibuka selain merapatkan tutup kepala dan mendorong badan semakin beringsut ke dalam kantung tidur.
Keramaiannya berlangsung cepat lalu mendadak senyap tatkala tamu-tamu tengah malam itu kembali menaiki perahu dan menjauh dari pulau. Mereka siapa ya? Beberapa pasang langkah sempat mendekat dan berlalu lalang di dekat kepala, untungnya tak ada yang iseng membuka kantung tidur; kali dipikir hanya gulungan barang yang mau diangkut esok hari. Selepas keramaian, mata kembali terlelap hingga fajar merekah di ufuk timur.
Esok paginya ketika menanyakan ke dua kawan yang ikut tidur di dermaga tentang kejadian semalam, mereka pun sempat mendengar keramaian tapi hanya berpikir mungkin penjaga pulau yang pulang. Otak mulai berputar, hmmm … jangan-jangan semalam itu kami terlelap di hiruk pikuk pasar setan? Kereeeeen, tahu gitu kan bisa ikut keriaan hehee.

Saat matahari mulai menampakkan diri, satu per satu penghuni tenda terbangun dan berbagi pengalaman tidurnya. Ternyata mereka pun sempat heboh karena ada yang melihat dua lelaki berdiri di depan pintu tenda! Kedua sosok itu tak berbuat apa-apa selain memandangi mereka. Mungkin sosok itu hanya ingin memastikan yang tidur di dalam tenda cukup nyaman atau bisa jadi mereka ingin berkenalan ;).
Saat ojek perahu kembali menjemput kami ke Perak, sebuah kisah pun dituturkan oleh tukang perahu. Konon, di bawah pohon tempat kami mendirikan tenda itu adalah makam warga Malaysia yang tak dikenal. (Nah lhoooo, ujung-ujungnya cerita kuburan juga hehe). Mungkin karena tempat peristirahatannya ditiduri, mereka merasa gerah apalagi yang menggelar tikar di atasnya 4 orang perempuan dan 2 orang lelaki dengan postur kelas berat! Malahan sempat-sempatnya kami foto lulumpatan di sekitar situ sebelum berkemas dan meninggalkan pulau. Upzzz.
Ada beberapa alasan memilih tempat itu untuk mendirikan tenda: ada jejak tenda yang pernah dipasang oleh pengunjung sebelumnya dan lokasinya pun cukup strategis. Tidak terlalu dekat ke air sehingga kalau pasang air tidak sampai masuk tenda, dekat dengan dermaga serta diteduhi pohon sehingga cukup terlindung dari hempasan angin laut, jarak ke sumur payau di tengah pulau juga tidak terlalu jauh sehingga memudahkan untuk mengambil air jika diperlukan.

Sebenarnya agak penasaran juga, kenapa mereka tak menampakkan diri saat kami bergantian bersih-bersih diri di sumur payau yang sepiiiii di tengah hutan? Malah saya sempat pergi sendirian ke sana saat yang lain tengah bersantai di pantai tapi tak merasakan apa-apa kecuali tempatnya senyap aja.
Meski selama ini mitos pasar setan lebih sering terdengar di gunung, tak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi di pulau tak berpenghuni bukan? Terlepas dari semua kisah dari mulut ke mulut yang kembali kami dengar saat merapat di Semak Daun, kejadian tersebut adalah pengalaman seru yang mewarnai acara leyeh-leyeh di pulau menyambut Idul Fitri yang esoknya tak jadi dirayakan namun tetap opor ayam tersedia buat kami. Liburan yang menggairahkan hehe. [oli3ve]
Senengnyaaaaaa
bangeeeddd hehe
Waw unik..pasar setan jual apa ya?? 😀
gak tahu juga, habis cuma nguping ramainya
Next time ke Aceh coba camping di tengah-tengah kompleks Kerkoff yuk mbak.. Hhahaahaa..
boleh tuh dicoba
yang pasti lelap di bukit malahayati wuenaaaakeee zzzz …zz…zz *pengalaman pertama terlelap di samping pusara dibuai bayu*
ntar deh ceritanya menyusul
kalo kerkhoff aceh aku gak berani nginap di tengah2nya **merinding abis ..
apalagi waktu itu aku jalan kesana sm temen yg bisa ‘melihat sesuatu’
kalo malam2 jangan bawa yg bisa lihat, jadi tidurnya lelap hahaha
di Peutjut memang banyak koq, tapi mereka gak ganggu uppzzz
*Penasaran dengan ceritanya Isna* #Eh 😀
kemarin terakhir ke sana sama Ari juga seru 😉
*kita sih asik-asik aja jalan krn gak lihat*
berhasil buat aku merinding hiii
masa sih mbak?
wah baru dengar ada pulau perak!! tp seram jg yah tdur yg bekas kuburan,… aku pasti tak bs tdr
asik lho pulaunya hehehe
itu lokasinya di pulau seribu juga ya Olive?
betul di kepulauan seribu
Jadi keinget pas di Sempu dulu. Ndiriin tenda ga pake ngitung jarak dari tepi pantai karena mikirnya semakin dekat semakin asyik. Ternyata tengah malam kami harus usung2 tenda sampai 2 kali gara2 air laut pasang dan kami hampir kebanjiran hehhehe
hahaha …pas pasang lagi pada lelap ato masih begadang? kebayang kalo dah lelap terus kaki kedinginan kena air
ps udh lelap mbak, tapi ada 2 teman yg berjaga di luar tenda sambil memantau apakah garis batas (sengaja kasih ranting di depan tenda) sudah kena pasang atau beum. Dan mereka tengah malam heboh mbangungin kamim sesaat kemudian kami heboh ngangkut2 tenda hihihihi
memang benar disana ada kuburannya, tepatnya 5 kuburan (3 kuburan anak-anak, 2 kuburan orang dewasa).