Menikmati London lewat Sepiring Nasi Rendang


Tak banyak orang (pejalan) yang berani malu blak-blakan mengakui kebodohan, ketololan, kenorakan dan beragam hal minus lainnya untuk diproklamirkan ke sejagad raya. Yang sering terjadi adalah kita gemar mengkambinghitamkan orang lain, mengarang cerita berbumbu penyedap demi menunjukkan diri bak pahlawan kesiangan untuk seseorang yang tak terbiasa dengan sesuatu yang baru dijumpainya hingga menjadi bahan guyonan. Satu diantara segelintir yang berani malu itu adalah Deedee Caniago!

Sabtu siang kemarin (01/06/2013), Deedee sang penulis kondang kebanyakan gaya kembali meluncurkan sebuah buku perjalanan yang diberi judul Flashpacking to London (FTL). Seperti dua buku sebelumnya Flashpacking to Australia dan Flashpacking Keliling Indonesia, di buku ketiganya ini; Deedee membagikan pengalamannya dengan bahasa yang ringan dan enak dibaca sehingga tidak membuat otak capek mencerna makna kata demi kata yang tertuang di dalamnya.

Tips dan trik untuk mengurus perjalanan sendiri ke London (Eropa) disajikan dengan detail disertai dengan catatan – catatan kecil yang perlu diperhatikan oleh seorang pejalan. Tentu tak ketinggalan pengalaman seru dan noraknya seorang Deedee sejak persiapan hingga usai perjalanan ke Eropa dengan itinerary sakit jiwa bersama tiga orang teman seperjalanan.

Itinerary atau rencana perjalanan adalah satu hal yang sering diabaikan oleh seorang pejalan ketika hendak melakukan perjalanan. Itinerary yang fleksibel akan menjadi patokan yang memudahkan kita untuk mengatur perjalanan terlebih bila di tengah perjalanan mendadak ada jadwal yang berubah. Sebagai pejalan yang terbiasa mengatur sendiri perjalanan, saat mudik pun saya selalu membuat itinerary lho!

flashpacking to london
Flashpacking to London

Menonton Phantom of the Opera adalah salah satu pengalaman Deedee yang menggelikan, jauh-jauh ke negeri orang, bayar tiket mahal demi pulas di Her Majesty’s Theatre adalah sesuatu banget. Kisahnya mengingatkan saya pada saat menyaksikan film horor bisu, Nosferatu di Teater Jakarta TIM setahun lalu. Bedanya saya ke TIM gratis! Karena menonton untuk kedua kalinya, malam itu saya sukses pulas saat teman-teman saya menikmati pertunjukan dengan mata terjaga. Jadi ketika kantuk menyerang, obatnya ya tidur!

Bepergian sendiri akan sangat berbeda dengan bila melakukan perjalanan berdua, bertiga apalagi berombongan. Orang bijak mengatakan, perjalanan akan membuatmu mengenali karakter diri dan orang-orang di sekitarmu. Perjalanan akan membuat hubungan seseorang dengan yang lain akan lebih dekat atau malah menjadi renggang. Kenapa begitu? Karena di sana karakter asli seseorang akan keluar pada saat lelah mulai menyerang dan emosi berkecamuk kala keinginan tak sejalan dengan yang di depan mata. Sehingga yang namanya toleransi dan empati sangat memegang peranan di dalamnya.

Bagaimana dengan Deedee? Don’t let anything or anyone ruin your mood, adalah petuah mujarab sebagai penangkal kekesalan ketika dia menemui sesuatu yang tak sejalan dengan kehendak dalam setiap perjalanannya. Itu adalah nasihat yang didapatnya dari sang bos. Koq tahu? Ya iyalah, kan disebutin di buku keduanya 😉

Bayangkan gimana rasanya menikmati nasi panas yang masih ngebul ditemani rendang dan kering tempe di negeri orang? Itu yang dilakukan oleh Deedee cs untuk mengobati kecewa tidak bisa masuk dan menikmati Westminster Abbey karena masa berlaku London Pass-nya habis. Artinya, nikmatilah setiap detik perjalanan itu jangan biarkan harimu berlalu tanpa bersyukur.

Membaca buku ini membuat saya senyam senyum sendiri sepanjang perjalanan menuju kantor dari depan Senayan ke Lebak Bulus. Lupa kepanasan di dalam kopaja yang sesak dan kejebak macet pula hingga bapak-bapak yang duduk di sebelah saya turut mengintip. Mungkin dipikirnya perempuan di sebelahnya senyum-senyum sendiri, jangan-jangaaaaaan hehehe.

flashpacking to london
waaah, ada gambar kita hehe

Kalau ada yang bertanya sudah pernah ke Eropa? Jawaban saya adalah NYARIS! sayang waktu itu putus sama yayang eh mantan yang akhirnya berangkat studi ke benua lain. Biar blom menginjak Eropa, boleh donk pamer nama dan picture profile nampang di FTL?! Ternyata penulis kondang kebanyakan gaya itu kenal sama penjelajah kuburan! #cihuiiiiiy, buka deh Thank You Note halaman v, ada saya! ada saya kaaaaan?! hahaha #norak

Ingin ke Eropa? Coba aja intip tips & trik mengurus perjalanan sendiri ke sana yang disajikan di FTL.

Btw, tadinya berniat ikut lomba review FTL tapi baru teringat saat buka draft posting-an pagi ini padahal deadline-nya dari 31 Mei lalu dan loncing bukunya sudah kelar kemarin! So, selamat ya Dee, sukses untuk buku ketiganya ditunggu buku-buku berikutnya. [oli3ve]

16 thoughts on “Menikmati London lewat Sepiring Nasi Rendang

  1. ada Olive di bukunya dee dee ya..
    ntar kalau ketemu kalian berdua lagi di Batmus, kayaknya aku harus minta tanda tangan deh…he..he..

  2. Waaawww, judulnya bikin penasaran dan bertanya2 tentang bagaimana caranya menikmati London lewat sepiring Rendang 😀
    Reviewnya keren mbak, isinya ngalir. Jadi lebih berasa membaca cerita perjalanan daripada review bukunya

  3. Kayaknya aku pernah ketemu Kak Deedee ini di Banda Aceh deh. Kalau nggak salah waktu Festival Peunayong. Dan aku baru tahu kalau dia penulis buku lewat tulisan ini. Hahahaha…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s