Tempat impian yang selama dua tahun hanya terbayang-bayang di angan kini di depan mata. Dari tempat kaki berpijak, belumlah tampak jelas karena terhalang dedaunan yang meneduhi peristirahatan di atas bukit. Meski panas cukup terik, semilir angin menebar sejuknya di sekitar Bukit Malahayati.
Taklah mudah berdiri tegap di atas kedua kaki yang gemetar menahan gemuruh yang merambat dari dalam dada. Taklah mudah tetap terlihat tenang ketika hati ingin jejeritan, ketika air mata haru dan bahagia berlomba untuk unjuk rasa. Sejenak berdiam meredakan emosi syukur terangkai bagiNya, Sang Penuntun yang telah menghentar kaki ke tempat ini.

Hati memulai perdebatannya sendiri; satu sisi ingin memacu langkah berlari, agar segera sampai di puncak bukit. Sisi yang lain berteriak, ingin mengatur langkah satu demi satu demi menikmati setiap tapak yang dijejakkan di tempat ini. Va dove ti porta il cuore! Pada akhirnya sepakat untuk melangkah dengan kecepatan sedikiiiiit di atas rata-rata agar tapak demi tapak tetap bisa dinikmati untuk segera menemui Ibu di atas sana.

Peluh mengalir di sekujur tubuh, tinggal selangkah menapaki anak tangga terakhir untuk menggapai peristirahatan yang dikelilingi pagar hijau.
“Assalammu’alaikum, IBU aku pulang,” getar hati menebar rindu pada Ibu Negeri. Kuusap peluh yang mengalir di wajah dengan punggung tangan sambil menurunkan backpack di sisi pusara pujaan hati, Laksamana Keumalahayati.
“Demi masa, kini ialah yang berkuasa. Untuk memanggil kembali anak-anak bangsa yang lengah tertidur pulas, tanpa ingat perjuangan nenek moyang merebut kemenangan dengan bertaruh nyawa. Untuk ingatkan kembali mereka, anak-anak bangsa, agar terbangun dari mimpi panjang, dalam hidup bergelimang kesenangan. Pedang dan anak panah telah kusematkan di punggungnya, di darahnya akan terembus angin Sang Kuasa. …. Hai anakku, Putroe Jeumpa, jangan pernah jauh dariku. Rinduku pada kebenaran dan kebajikan telah membawamu dari tempat yang jauh di seberang sana untuk kini berada di dekatku. Tajamkan hati agar naluri menjadi kendali. Ibu ada di sini …” [Perempuan Keumala, hal. 348 – Endang Moerdopo].

Ingatan melayang pada hari kedatangan ketika kunci kamar disodorkan di penginapan untuk beristirahat.
Teratai 309! Teratai adalah lambang kesucian dan kesuburan, DAN di pusara IBU ada 3 mahkota teratai!! kebetulan??? Tak ada yang hadir secara kebetulan ketika semua sudah digariskan untuk dijalani, taklah kuasa menampik ketika panggilan hati menjerit untuk menautkan rindu.
Tinggal kubur kini hening, sepi menanti
Langkah-langkah baru tunas pengganti
Hai Inong Nanggroe, bangkitlah berdiri
Di tanganmu kini jiwa Aneuk Negeri
[Perempuan Keumala, Endang Moerdopo]
Takkan padam kobar semangat yang telah kau sulut berabad silam. Kupenuhi panggilanmu yang menuntun getar jiwa melangkah ke Negerimu hai Perempuan Keumala. Beristirahatlah Ibu, kan kusampaikan rindumu akan tenteramnya negeri ini. Terima kasih telah berjuang untuk negeri Keumala, untuk Nanggroe, untuk Indonesia!

Sebelum kaki mengajak melangkah ke Benteng Inong Balee, mata tak henti memandangi pusara IBU, masih ingin habiskan waktu bersama. Aaah IBU, rindu ini belumlah tuntas. Aku pasti kembali, menuai rindu yang telah disemai di sini, di bukit ini, tempat yang teduh untuk merangkai asa akan kedamaian yang tercipta di negeri tercinta, Nanggroe!
Sebuah persembahan kasih untuk Ibu Endang Moerdopo yang telah meracuni naluri dengan rangkaian kata yang terlahir dari Perempuan Keumala. Langkah ini pembuktian cinta pada Negeri Keumala. Lon cinta Aceh! Saleum dari Aneuk Negeri Nanggroe [oli3ve].
*special thank untuk Ari Buzzerbeezz yang menemani hingga rindu ini tersampaikan dan langkah rela beranjak dari bukit .
Sukaaaa bangetttt….
Mbak Olive, aku kok nggak pernah nemu buku ‘Perempuan Keumala” tsb di toko buku ya? Bisa info bukunya dipesan lewat mana?
Bukunya sudah gak ada di toko buku, kecuali cek online di Gramed mungkin masih ada stoknya. Kalau mau ntar aku cek stok ke penulisnya. mail aja alamatnya ke olive_ssb@yahoo.com nanti aku kirimin 😉
Waaahh boleh pake banget… Ntar aku email ya mbak 😀
kayaknya lagi seru jalan² ya, alamatnya masih ditunggu lho ya
ternyata salah ketik alamat email, kaka…maap… barusan udah aku email ;-D
email sudah diterima
minggu depan ya aku kirimin bukunya plus ttd penulisnya 😉
dahsyaaaaaaat….. seneng banget terus membuntuti blog ini, setiap gambar, setiap cerita, jadi pengen berpetualaaang 🙂
kalo gak salah dahsyat itu acara tivi swasta bukan? 😉
terima kasih Aa, ayo ngajar sambil bertualang
Aku terharu mbak baca ini..
auuuu, waktu turun dari bukit pengennya sih termehek bukan terharu 😉
merinding bacanya…. apalagi masih blm kelar baca Perempuan Keumala.. kebayang pasti juga merinding kalau saja bisa mengunjungi makam ibu.
terima kasih tulisannya Mbak Olive.. inspiratif 🙂
ayo bu Seno, semangkaaa
waktu pertama baca aku 3 jam gak lepasin tuh buku sampai kelar 😉
iya.. aku menjelang tidur aja bacanya ni, krn 3 minggu in prt sakit, jadi pulang kerja masih ngebabuuu hihi, target minggu ini kelar Mbak 🙂
What the..mata aku berkaca-kaca Mbak. Rindu Ibu Keumalahayati
sodorin tissue 😉
aku mau balik ke Aceh lagi, kamu di Lhokseumawe ya? jauh ya dari Banda Aceh 😉
hehe..iya, dulu kuliah di banda aceh. hmm sekitar 6jam perjalanan dgn bus 😀