Sepanjang sejarah perjalanan menyusuri beberapa benteng di Indonesia (sombong banget ya, padahal cuma seputar Banten Lama, Jakarta, Solo, Yogyakarta, Maluku Tengah, Ambon hmmm … mana lagi ya?), baru pada perjalanan “pulang” ke Aceh akhir Pebruari 2013 lalu berjumpa dengan seorang penjaga benteng.
Dirinya bersandar di dinding benteng saat kami hendak beranjak dari Benteng Iskandar Muda. Menggosok-gosokkan punggung pada tonjolan batu di dinding benteng, melempar senyum malu-malu, sebentar-sebentar menundukkan kepala di depan pintu keluar. Penasaran, saya mendekatinya.
“Hai, nama kamu siapa?”
“Aku Si Penjaga Benteng”
Wouuuwww! Jawabannya yang lantang membuat kami saling pandang dan tersenyum melihat tingkahnya yang menggemaskan. Aulia, rakan dari I Love Aceh kemudian bertanya dengan bahasa setempat namun si gadis cilik tetap lantang menjawab,”Aku si Penjaga Benteng!” Hmmm, Gadis Kecil Penjaga Benteng, rasanya julukan yang cukup manis untuknya.

Sepertinya dia datang ke benteng karena melihat kami berkeliaran di sana. Dan, sepanjang ingatan saya tak tampak teman sepermainan menyertai langkahnya ke sekitar benteng siang itu. Tak tahu kenapa dia menyebut dirinya si Penjaga Benteng, mungkin dia suka bermain di benteng sehingga dia merasa sebagai si penjaga tempat itu. Atau bisa jadi dia seorang gadis cilik yang memiliki daya imaji tinggi. Teringat si Gadis Kecil, membuat memori melayang pada Valentine D’Artagnan La Femme Musketeer. Apa hubungannya? Saya juga tak tahu, nama itu yang mendadak muncul saat bayangan Gadis Kecil menari di kepala hehe.
Benteng Iskandar Muda adalah benteng yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16 di pesisir Selat Malaka. Merupakan satu diantara benteng pertahanan terhadap serangan laut yang membentang di bibir pantai timur Aceh selain Benteng Indrapatra, Benteng Kuta Lubuk dan Benteng Inong Balee.

Lokasi benteng ini sekarang berada di Gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Krueng Raya, Aceh Besar. Bangunannya berbentuk persegi terdiri atas dua bagian dengan bangunan persegi yang lebih kecil berada di tengah-tengah benteng. Lapisan dindingnya tampak baru ditambal dengan semen untuk menutupi kerusakan di sana sini akibat tergerus tsunami pada 2004 lalu.
Belum pernah mendengar kisah tentang benteng ini sebelumnya, namun sepertinya ada magnit yang menggocoh relung rasa. Pun saat menapaki tangga ke dalam benteng, mendadak mata berasa hangat oleh bendungan air mata membuat hati gundah; penasaran. Jejak siapa gerangan yang tertinggal di tempat ini? Jika ditilik lokasinya yang tak jauh dari Indrapatra dan Inong Balee, apakah IBU dulu sering mondar-mandir di sini? Aaaaah, bermacam tanya mengusik membuat rasa semakin tak karuan.

Meski langit tampak mendung, sengatan surya yang tetap tajam menyentuh permukaan kulit membuat kami memutuskan untuk segera beranjak sebelum kulit melepuh dipanggang olehnya. Pada Gadis Kecil Penjaga Benteng kami mohon diri, meninggalkannya sendiri di benteng dengan senyum lebarnya.
Gadis Kecil Penjaga Benteng, mengingatmu bangkitkan kerinduan untuk mengayun langkah [kembali] ke Negeri Nanggroe. Rindu hati melangkah ke benteng berbagi asa denganmu, siapa gerangan dirimu Gadis Kecil?
Bila ada yang berkunjung ke Benteng Iskandar Muda dan bertemu Gadis Kecil Penjaga Benteng, sampaikan rinduku padanya. Esok aku pasti kan kembali mencari dan menemuinya di tempat kami pernah bertemu, di pintu utama Benteng Sultan Iskandar Muda, Lamreh. [oli3ve].
mengingat dia dan melihat kepolosannya masih terasa saja senyum kecilnya itu 🙂
bener Aul, karena ingat dia aku tulis ini semalam eh dah pagi dink 😉
hehe, keren foto fotonya, mungkin anak itu merasa… “inilah daerah kekuasaanku haha” *itu ciri besarnya rasa memiliki dari anak itu terhadap benteng itu mungkin
makasih kang, gadis kecil itu selalu membuat hati rindu pada senyumnya
Aku jadi kangen tanah rencongku tercinta…. yuk ah, mudik! Nanti aku mau ajak Intan, putriku main ke benteng ini lagi ah. Trims postingannya, Mak. 🙂
ayok Mak kita mudik ke Nanggroe 😉
oh … benteng indra patra 🙂
bukan, ini di benteng Sultan Iskandar Muda
Olive.tersentuh Banget aku dengan ap yg km tulis diatas, sampai2 aku melinang air mata ketika membayangkan wajah sikecil penjaga benteng itu.klu nantinya aku bertemu dengannya akan kusampaikan salam mu untuk dia.
hi bang Mulyadi, terima kasih sudah mampir dan mau menyampaikan salam saya pada si Gadis Kecil Penjaga Benteng. Insya Allah bila tak ada aral melintang saya akan kembali ke Aceh dalam waktu dekat, saleum
ih lucu 🙂 – from elisya, kelas 6 sd
saya gk ketemu tuh. Malahan saya sudah 2 mgu disini.saya tanya gk da yg kenal ma dia
mungkin dia sudah pindah kota