Sebuah momentum berkesenian terukir dalam sejarah untuk pertama kalinya di Indonesia bahkan mungkin di dunia, terjadi malam ini. Bapak Modernitas Jawa yang melintas batas kesukuan dan tempat; Raden Saleh Syarif Bustaman adalah contoh ke-bhinnekaan. Keturunan Jawa Arab yang besar dalam keluarga bupati di daerah Jawa Tengah, pada usia 22 tahun berangkat ke Eropa untuk mendalami seni lukis dan tinggal di sana selama lebih dari 20 tahun. Demikian disampaikan Wakil Presiden Boediono dalam sambutannya pada pembukaan pameran Raden Saleh dan Awal Lukis Modern Indonesia di Galeri Nasional Indonesia, Sabtu malam (2/6).
Tampil sebelum Boediono, Dr. Norbert Baas, Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia menyampaikan bahwa Raden Saleh adalah pelukis besar yang dikagumi di Jerman. Lukisannya membuat banyak orang Eropa tertarik dengan kebudayaan Jawa. Sedang Direktur Goethe Institut Indonesia, Franz Xaver Augustin membuka sambutannya dengan membacakan buah pikiran Raden Saleh tahun 1848 yang terpatri di ambang pintu Rumah Biru (Balue Haeusel) di Maxen, Dresden – Jerman, “Hormatilah Tuhan dan cintailah manusia. Give glory to God and love the people”

Sebelum pengguntingan pita sebagai tanda dibukanya pameran, Taufiq Ismail tampil membacakan puisi Penangkapan Diponegoro. Usai pembukaan, Wapres yang datang bersama ibu Herawati Boediono didampingi Norbert Baas, Franz Xaver Augustin, Mantan Presiden B.J. Habibie, Direktur Galeri Nasional Indonesia – Tubagus Andre Sukmana meninjau pameran dan melakukan tur dipandu oleh Werner Kraus, kurator tunggal lukisan Raden Saleh.

Di akhir acara, para tamu undangan pun mendapat kesempatan untuk menikmati malam bersejarah dan melihat dari dekat sekitar 40 (empat puluh) karya Raden Saleh yang dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta. Tampak diantara undangan: mantan Mendikbud Wardiman Djojonegoro, sejarawan dari Oxford University Peter Carey, mantan Menteri KLH Sarwono Kusumaatmadja, Gubernur DKI Fauzi Bowo, Arif Rahman Hakim, Setiawan Djody, para pejabat teras EKONID dan lain-lain. Malam pembukaan ditutup dengan pamentasan wayang Penangkapan Diponegoro yang naskahnya disadur berdasarkan buku Peter Carey,” The Power of Prophecy: Prince Dipanagara and The End of An Old Order in Java 1785-1855(2008)” oleh Sanggar Wayang Kancil pimpinan Mbah Ledjar Subroto dari Yogyakarta.

Pameran Raden Saleh, akan dibuka untuk umum mulai Minggu, 3 Juni 2012 pk 10.00 hingga 17 Juni 2012 dan tidak dipungut biaya. Pameran ini merupakan kegiatan puncak sekaligus menutup perayaan 60 (enam puluh) tahun kerjasama Jerman Indonesia (JERIN) yang berlangsung selama hampir setahun yang mengusung tema kreativitas dalam keberagaman.[oli3ve]
kak rumah sakit cikini itu rumah raden saleh ya? aku dulu kagum bangun dengan asristektur dan suasanannya… pernah diopname sebulan di sana sekitar 16 tahun lalu 😀
Iya kk, TIM itu pekarangan belakang & kebon binatangnya 😉
Luas bgt ya rumahnya…