Untaian Garnet dalam Hidupku


Sore tadi saat mampir ke Gramedia, saya menemukan sebuah buku saku yang dipajang di bagian manajemen. Baru kali ini menemukan rak buku manajemen disisipi buku biografi, tapi demi melihat di sekitar rak petugas sedang berbenah kemungkinan mereka sedang melakukan rotasi. Dengan melihat sekilas gambar sampulnya, buku tersebut langsung saya comot dari rak dan ditenteng keliling toko mencari barang yang sebenarnya hendak dibeli.

Tak menemukan barang yang dicari, saya pun berpindah dari satu rak ke rak lainnya, membaca beberapa lembar halaman buku yang menarik hingga tanpa sadar sudah mengepit 4 (empat) buku. Setelah menimbang jatah beli buku, mana yang didahulukan dan mana yang harus masuk antrian; akhirnya satu harus berkorban sehingga yang lolos ke meja kasir 3 (tiga) buku saja. Jangan coba-coba mengintip isi buku jika tidak ingin tergoda hehehe.

Buku biografi tadi saya tuntaskan malam ini dalam tempo 4 (empat) jam diselingi makan malam. Buku ini naik cetak pada Kamis, 3 Mei 2012 pk 03.00 dan diterbitkan sebanyak 100 eksemplar untuk kalangan terbatas pada hari itu. Buku yang ditulis sang Penulis kala harus beristirahat dalam sakitnya namun tak sempat dilihatnya terbit karena sehari sebelumnya telah mengakhiri masa tugas di dunia dan kembali menghadap kepada Sang Khalik.

Buku bersampul coklat yang diberi judul Untaian Garnet dalam Hidupku karya Endang Rahayu Sedyaningsih Mamahit dibuka dengan rangkaian kalimat berikut:

Menulis itu sukma! Kedalaman jiwa dapat muncul ke permukaan saat saya mulai merangkai kata lewat kejujuran hati, berusaha menyulam kenangan indah, pedih, seru, menarik menjadi selembar tikar kehidupan yang dapat panjang tak terukur bila saja tak ada batasan lembar-lembar kertas putih sebagai wujud ungkapan …

Buku setebal 215 halaman ini, selain berisi kisah kehidupan penuh cinta kasih dan kehangatan keluarga Endang Rahayu, juga pengalaman menarik sebagai dokter puskesmas di daerah Nusa Tenggara Timur. Ada pula kisahnya menghadap Presiden di Cikeas dengan menumpang taksi yang sopirnya tidak tahu jalan hingga sempat nyasar serta satu bagian penjelasan hubungannya dengan Namru-2.

untaian garnet, endang rahayu
Untaian Garnet dalam Hidupku

Ketika mengundurkan diri dari jabatan sebagai Menteri Kesehatan pada Kamis, 26 April 2012; banyak spekulasi yang beredar seputar alasan pengunduran dirinya. Malahan ada yang bahasan di jejaring sosial yang menyatakan bahwa pengunduran diri Menkes berkaitan dengan Namru-2 (The US Naval Medical Research Unit-2) serta kasus yang menimpa mantan Menkes. Ujung-ujungnya adalah urusan politik yang menyangkut stabilitas posisi orang nomor satu di negeri ini sehingga perlu ada yang dikorbankan. Bahkan ketika beliau dikabarkan meregang nyawa pun masih banyak syak wasangka yang berkembang hingga berita kematiannya dilansir media.

Setahun setelah menjabat sebagai Menkes, pada 22 Oktober 2010 Endang Rahayu mendapat kabar dari tim dokter RSPAD dirinya didiagnosa menderita adenocarcinoma stadium 4 pada paru-paru kiri bagian belakang. Tak gampang untuk menerima kenyataan tersebut, namun Endang Rahayu siap menjalaninya dengan senantiasa mengucap syukur atas setiap nikmat yang dikaruniakan Tuhan dalam hidupnya. Berbagai upaya pengobatan telah dilakukan dibawah pengawasan Tim Dokter Kepresidenan baik di dalam negeri maupun ke Guang Zhou.

Bersyukur adalah kunci dari kekuatan yang didapatkan oleh Endang Rahayu yang juga percaya bahwa dalam kehidupannya setiap orang mendapatkan cobaannya sendiri. Hal ini pun tercermin dalam pesan yang selalu disampaikan kepada para stafnya,”Anda tidak berutang kepada rakyat, Anda semata-mata berutang nama baik kepada keturunan Anda. Pertanggungjawabkanlah selalu apa yang Anda perbuat. Jangan sampai memalukan nama baik keturunan Anda. Itu adalah utang Anda kepada generasi yang baru. Jangan sampai Anda sudah selesai bertugas, kemudian menjadi tersangka atau terdakwa.”

Catatan ini terhenti, dan tak lagi tersambung selamanya …
Rabu, 2 Mei 2012 jam 12.41 Penulis memenuhi panggilan Sang Pencipta

Usai membaca buku ini, saya pun kembali merenungkan khotbah pendeta di ibadah siang tadi,”Kasih Tuhan tak dibatasi oleh apa yang kita miliki, kasih Tuhan tak dibatasi oleh apa yang tidak kita miliki.” Mengucap syukurlah senantiasa karena itu adalah bagianmu, hanya dengan cara begitu kita dapat mengerti dan memahami betapa baiknya Tuhan itu.

Pada akhirnya seperti mimpi sang Penulis, buku ini pun menjadi kenangan, semangat dan diharapkan dapat menginspirasi banyak orang.[oli3ve]

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s