To Kill A Mocking Bird


Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya – [Atticus Finch]

Salah satu quote yang saya suka dari To Kill A Mocking Bird, buku yang meraih Pulitzer pada 1961 dan menempati posisi pertama dalam top 100 buku terlaris abad 20 (terbitan 1 Januari 1901 – 31 Desember 2000) versi Goodreads. The must collection book, masuk dalam list 1001 Book You Must Read Before Die, karya Harper Lee penulis abad 20 yang paling membuat penasaran karena setelah To Kill A Mocking Bird; Lee tidak mengeluarkan karya novel lagi.

Saya bersyukur menemukan special edition 50th anniversary-nya yang dikeluarkan oleh Qanita th 2010 saat mengubek-ubek Pesta Buku Jakarta di Istora tahun lalu. Dan seperti biasa, setelah lama baru deh kesampaian bikin review singkat 😉

Sebuah kisah sederhana, berisi pembelajaran hidup dilihat dari kehidupan keluarga kecil yang terdiri dari ayah yang berusaha menjadi bapak sekaligus ibu bagi dua orang anaknya yang beranjak remaja. Atticus Finch, seorang pengacara yang tinggal di Maycomb County, Alabama bersama dua orang anak Jem dan Scout Finch dengan seorang asisten rumah tangga berkulit hitam bernama Calpurnia. Sedang istri Atticus, ibu dari Jem dan Scout meninggal saat Scout masih bayi. Dengan latar belakang kehidupan pada era 1930, dimana warga kulit hitam di mata orang kulit putih masih dipandang sebagai manusia yang tak sederajat dengan mereka, tak berpendidikan dan lebih pantas menjadi budak.

to kill a mocking birdBuku ini mengingatkan kita bahwa ada satu jenis pembunuhan yang sering luput dari perhatian, pembunuhan yang banyak dan acapkali terjadi di sekitar kita. Yup, pembunuhan karakter! Tindakan penyerangan terhadap seseorang dengan kata-kata yang disertai beragam prasangka yang bertujuan untuk menjatuhkan reputasi seseorang. Mengkambinghitamkan orang lain dengan menimpakan kesalahan tanpa mau tahu alibi orang tersebut. Hal ini nampak pada kasus Boo Railey yang keberadaannya selalu mengundang rasa penasaran Jem, Scout dan sahabat mereka Dill untuk berlagak sebagai penyidik.

Sama halnya ketika Atticus harus membela Tom Robinson, seorang kulit hitam yang dituduh memperkosa wanita kulit putih, ia mendapat cemooh dan dimusuhi oleh kaumnya sendiri. Dalam novel para korban kambing hitam tersebut digambarkan seperti mocking bird. Mocking bird adalah nama burung yang dikelompokkan dalam golongan burung bersuara merdu, jenis burung yang hidup untuk bernyanyi. Lalu kenapa burung yang mendedikasikan hidupnya untuk bernyanyi dan menghibur manusia dengan suara merdunya harus disingkirkan jika mereka tidak pernah mengganggu kehidupan kita?

Ada baiknya kita merenungkan pertanyaan berikut : Kalau hanya ada satu jenis manusia, mengapa mereka tidak bisa rukun? Kalau mereka semua sama, mengapa mereka merepotkan diri untuk saling membenci? [oli3ve].

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s