Di tengah ramai-ramainya demo menentang kenaikan BBM, teringat buku yang dibaca tahun lalu namun belum sempat direview hehehe.
Sekuel Empress Orchid yang dibaca tiga bulan lebih awal dari buku pertamanya 😉 Terbalik tapi begitulah adanya, karena stok buku pertama baru ketemu saat Pekan Buku di Istora dapat diskon pula.
Hal menyedihkan dari sekarat adalah kemuramannya – [Tzu Hsi]
Disadari atau tidak, sejarah terus berulang. Pemimpin sejati hendaknya bisa belajar dari para pendahulunya bagaimana berdiplomasi dengan baik serta mengambil keputusan yang bijaksana dalam kondisi yang sangat sulit & terdesak sekalipun.
Penyerangan Inggris, Perancis, Rusia th 1860 serta pendudukan Peking; memaksa Dewan Istana Cina bergerak keluar dari Tembok Besar. Kondisi negara bertambah pelik setelah kematian Kaisar Hsien Feng, putera mahkota Tung Chi yang masih sangat belia untuk memegang tahta memaksa Putri Yehonala (Permaisuri Tzu Hsi) sebagai wali untuk bertahan dan mencari jalan terbaik menghadapi kudeta dan serangan bangsa asing bekerjasama dengan Permaisuri Nuharoo .
Intrik-intril politik yang dimainkan oleh para gubernur membuatnya mengeluarkan petisi untuk mengeksekusi mereka yang membelot dan diketahui melakukan korupsi untuk memperkaya diri sendiri yang merugikan negara. Tzu Hsi melakukan penyelidikan dan bertindak tegas meski terhadap kawan sendiri. Tung Chi yang masih kanak-kanak naik tahta pada 1861 menggantikan ayahnya Kaisar Hsien Feng. Roda pemerintahan berjalan dibawah bimbingan Permaisuri Tzu Hsi, Permaisuri Nuharoo dan kedua pamannya Pangeran Kung dan Jenderal Yung Lu.
Tung Chi meninggal 12 Januari 1875; empat belas tahun setelah naik tahta di usia 19 tahun. Kehilangan demi kehilangan yang datang beruntun dalam kehidupannya memaksa Tzu Shi untuk tetap tegar memimpin dinasti Ching yang mulai rapuh. Perseteruan antar kelompok yang semakin bersitegang, memaksanya untuk berpikir keras demi keutuhan kerajaan dengan tetap arif dan bijaksana meski dalam situasi terjepit. Gerakan reformasi yang mendapat tentangan dari kaum konservatif yang tidak rela menerima perubahan dan campur tangan bangsa asing dalam negeri Cina. Pada 15 November 1908 diusia 73 tahun, Tzu Hsi wafat setelah menunjuk Pu Yi cucu dari Yung Lu untuk menggantikan Guang-hsu yang meninggal sehari sebelumnya sebagai Kaisar.
Di tengah kekisruhan yang melanda, terselip kisah cinta Yehonala dengan Jenderal Yung Lu. Kisah cinta mereka abadi namun keadaan membuat mereka tidak dapat bersatu. Manusia tak dapat hidup tanpa cinta, di hadapan Yung Lu yang sekarat Yehonala mencurahkan isi hatinya dan menyebut dirinya,”Aku perempuan yang bahagia saat bersamamu“. Cinta mereka bertumbuh untuk saling melindungi, menghormati, menjaga, mendahulukan kepentingan kerajaan di atas kepentingan pribadi masing-masing. Yung Lu menjadi pelindung Yehonala setelah kepergian Hsien Feng, dalam keterpurukan ditinggal suami Yung Lu memberinya kedamaian & kekuatan untuk tetap berdiri kokoh,”Aku menarik napas, setiap napasku untuk mencintaimu“
bagai sungai yang menyanyi
begitulah engkau keluar, mengalir lepas
bahagiaku menyaksikanmu pergi
kenangan tentang kita
begitu penuh dan indah
dahsyaaaaaaaat! highly recommended! [oli3ve]
Tzu Hsi bukan satu2nya empress di Cina. Ada Empress Wu yang dinobatkan jadi kaisar cina jauh sebelum masehi. Satu2nya kaisar wanita dalam sejarah cina. Dulu ada film serinya di anteve almarhum…
Tzu Hsi bukan satu2nya empress di Cina. Ada Empress Wu yang dinobatkan jadi kaisar cina jauh sebelum masehi. Satu2nya kaisar wanita dalam sejarah cina. Dulu ada film serinya di anteve almarhum…