Jika kita perhatikan dengan seksama, 2-3 tahun belakangan ini bisnis di bidang fotografi bertumbuh pesat. Bukti paling sederhana bisa kita lihat dari menjamurnya toko peralatan fotografi yang dibuka di berbagai pusat perbelanjaan sehingga kamera sudah bukan barang yang “wah” di masyarakat. Dalam setahun ini beberapa toko di mall Ambasador dan ITC Kuningan, Jakarta Selatan misalnya memutar haluan berjualan peralatan fotografi.
Jika kita bandingkan masa 10 atau 20 tahun lalu, saat melihat orang memegang kamera di suatu acara kesannya keren ya. Kalau sekarang hampir semua lapisan masyarat dapat mengabadikan satu moment atau mengambil gambar yang menarik perhatiannya entah dengan kamera dari telepon genggam berresolusi sedang hingga para profesional yang menggunakan seperangkat alat yang lebih canggih dan lengkap.
Sebagai penikmat dunia foto, sejak kecil saya pun terobsesi untuk bisa memiliki kamera sendiri daripada membajak kamera almarhum Papa saya. Kamera itu ibarat candu bagi penggila fotografi, jika ada barang baru selalu ingin ditambah. Lebih parah lagi, para amatiran yang sama sekali buta dengan perangkat kamera begitu sampai di toko kamera dengan gampang dibius oleh penjual untuk membeli barang yang lebih mahal (dan pastinya tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kantong). Bukan apa-apa, yang jaga toko pun lebih banyak yang tidak mengerti mengenai peralatan kameranya karena sekedar tahu barang ini harganya sekian serta sedikit info cara menggunakannya. Coba saja masuk ke toko kamera yang sudah punya nama dari dulu dan bandingkan dengan toko-toko baru yang menjamur di mall.
Anda tertarik dengan dunia fotografi? Ini sedikit tips dari saya :
- Jika ingin membeli kamera, cobalah cari referensi terlebih dahulu dengan cara menanyakan kepada teman yang berpengalaman di bidang itu atau mencari tahu melalui media seperti koran, majalah atau internet.
- Jangan ikut trend, bandingkanlah setiap produk yang ditaksir dan sesuaikan dengan kebutuhan. Jika hanya sekedar untuk mengabadikan kegiatan sehari-hari atau berfoto narsis jangan membeli yang serba canggih dan mahal. Ujung-ujungnya dalam setiap pengoperasiannya bingung dan merepotkan orang lain, hasilnya pun tidak akan memuaskan.
- Teruslah bereksperimen dan pahami detail kamera anda, coba berbagai teknik bagaimana menghasilkan gambar yang baik dengan tidak melupakan etika. (Lain waktu saya bahas mengenai etika yang sering dilupakan oleh tukang potret)
- Bila ingin terjun di bisnis fotografi, jangan mengabaikan hal-hal kecil dari produk yang diberikan kepada pelanggan. Mintalah masukan dari pelanggan mengenai hasil pekerjaan anda dan jangan segan-segan untuk berguru pada mereka yang lebih berpengalaman dengan bertanya ataupun melihat hasil karyanya.
- Terakhir jika anda adalah konsumen, berikanlah masukan kepada mereka yang anda pilih untuk mengabadikan moment berharga anda. Karena ini menyangkut kelangsungan bisnis dan perbaikan ke depannya sehingga nilai para pebisnis fotografi pun tidak jatuh di mata calon konsumen karena mengabaikan hal kecil seperti gambar di bawah.
Kedua foto di atas saya unduh dari facebook kawan yang belum lama ini menikah. Ketika semua orang memberikan jempol dan pujian saya justru mengkritik dan menyarankannya untuk minta revisi album ke fotografernya. Kenapa? Jangan melihat gambarnya blurry ya, itu memang saya sengaja karena yang menjadi perhatian saya adalah tulisan di bawah kedua gambar tersebut. Namanya juga pengantin baru, album ini pastinya akan ditunjukkkan kepada kawan, keluarga atau tamu yang bertandang ke rumah bukan? Mungkin sebagian besar orang hanya akan mencoba mencari sebentuk wajahnya yang kecil di antara foto-foto yang terpampang di album.
Namun tak jarang banyak juga yang akan membaca dengan teliti setiap kata yang tertulis di kolase album tersebut. Sangat saya sayangkan ketika diberi masukan jawaban sang kawan ke kotak surat saya adalah,” Kami sudah bersyukur gambarnya bagus-bagus, kalaupun terdapat kesalahan dalam kata-kata dari hasil editan fotografer kami sudah memaklumi.” Hellooooo, tanpa bermaksud mendiskreditkan siapa pun; setiap orang pastinya memiliki selera yang berbeda dalam menikmati hasil foto dirinya baik yang diabadikan sendiri ataupun oleh orang lain. Namun hal kecil di atas, bisa menjatuhkan bisnis orang lhooo!
Semua orang bisa memotret tapi tidak semua orang dapat membaca dan menangkap moment untuk menghasilkan gambar yang hidup dan menarik untuk dilihat dan menjadi indah dimata orang lain. Kalau teman saya sering mengatakan kamera hanyalah sebuah alat bantu, yang menentukan adalah siapa dibalik alat itu (siapa yang mengendalikannya). Salam jepret, semoga bermanfaat. [olive]
hehehe… kalo teks di album itu emang gengges! gue ga perna kasih .. 😀
hehehe… kalo teks di album itu emang gengges! gue ga perna kasih .. 😀