Setelah beberapa kali memutar Hotel Rwanda, semalam akhirnya kejadian nonton bareng (nobar) satu lagi film tentang genosida yang terjadi di Rwanda 17 tahun lalu Sometimes in April. Dari 20 orang yang confirm mau datang lewat undangan terbuka di FB, akhirnya yang bisa berkumpul ada 12 orang termasuk si kecil Imagi. Perjuangan mengejar waktu menuju tkp (kudu cepat kabur dari kantor, menanti kopaja dan tj) yang diwarnai “adu argumen” dan “bersilat lidah” dengan tukang ojek plus diganjal nasi goreng maknyus; berakhir sukes tepat pk 8 film diputar. Sebungkus tissue yang siap dicabut saat genting serta tortilla untuk mengalihkan perhatian pun sudah tersedia di meja.
In the end, we will remember not the words of our enemies but the silence of our friends – Marthin Luther King Jr
Quote yang membuka film berikut paparan peta Rwanda yang ternyata hanya sebentuk kotak kecil berhimpitan dengan tetangganya Uganda, Kongo, Tanzania dan Burundi di tengah Afrika. Marthin Luther King Jr, seorang pejuang hak asasi manusia mati terbunuh pada 4 April 1968. Di bulan April pula lembaran hitam menghantui penduduk Rwanda, puncaknya terjadi ketika satu malam tepatnya 6 April 1994 terjadi penembakan pesawat yang ditumpangi Presiden Juvenal Habyarimana dan Presiden Burundi Cyprien Ntarymira sekembali dari penandatangan perjanjian Arusha. Di hari berikutnya, 7 April 1994 sebutir peluru ditembakkan ke kepala Perdana Menteri Agathe di halaman rumahnya di depan keluarganya.
Satu juta jiwa melayang dengan keji dalam pembantaian etnis selama seratus hari dan UN hanya sibuk berargumen lewat video conference-nya untuk menentukan apa itu genosida atau bukan disaat setiap detik nyawa melayang, Amerika ragu untuk menurunkan bantuan sementara pasukan UN yang berada di tkp hanya mau mengevakuasi kulit putih dengan selimut kesombongan ekspatriat.
Geli saat mendengar jawaban Kolonel Bagosara pimpinan militer Rwanda yang ditengarai menjadi otak pembantaian menjawab telpon Deputy AS Prudence Bushnell yang mengancam akan menurunkan pasukan,”Really? You will send the marines? We have no oil here, no diamonds. We have nothing you need in Rwanda, why would you come?”Hotel Rwanda berkisah tentang manajer Hotel des Mille Colliness, Paul Rusesabagina yang mengambil keputusan membuka lebar-lebar gerbang hotelnya menampung orang-orang Tutsi yang merasa aman berlindung di hotel yang juga dihuni pasukan UN. Eeehhhh bukannya melindungi, pasukan UN-nya malah ditarik mundur dari Rwanda saat militan Hutu semakin beringas mencari orang Tutsi untuk dibantai seperti kecoak. Sometimes in April berkisah tentang mereka yang survive dari pembantaian yang kehilangan keluarga dan sahabat berusaha bangkit, menyembuhkan luka hati dan kembali menjalani kehidupan meski setiap April akan teringat kisah kelam April 1994. Tentang dua bersaudara yang selama 10 tahun tidak bertegur sapa karena luka hati akibat peristiwa pembantaian besar-besaran di bulan April itu : Augustine Muganza mantan kapten tentara Rwanda yang kemudian menjadi guru dan saudaranya Honoré Muganza mantan penyiar radio berpengaruh di Rwanda yang sedang menjalani persidangan di Tanzania.
Persamaan kedua tokoh Hotel Rwanda dan Sometimes in April adalah keduanya menjalani pernikahan antar etnis, Paul dan Augustine berasal dari suku Hutu sedang istri mereka dari Tutsi. Pada saat pembantaian terjadi Augustine kehilangan istrinya Jeane dan ketiga anaknya, serta mengalami selisih paham dengan adiknya Honoré yang dimintai tolong Augustine mengantarkan keluarganya ke Hotel des Mille Colliness. Augustine tak menemui Jeane dan kedua anaknya di des Mille Collines, sedang putrinya Anne-Marie yang tinggal di asrama putri sekolah katolik pun meninggal setelah terluka parah saat pasukan Hutu menembaki para pelajar putri di dormitori mereka.
Sangat kontras ketika di satu persimpangan jalan tempat para militan Hutu berjaga terpampang billboard besar yang warnanya mulai pudar bertuliskan “THE POWER OF LOVE” namun di tempat yang sama manusia dicabut nyawanya dan dibantai seperti binatang, peluru dengan gampang ditembakkan ke kepala dan dada mereka tanpa bisa menghindar. Dimanakah sengat cinta yang diagungkan itu, ketika tubuh manusia bergelimpangan dan diangkut bertumpuk bak sampah dengan truk?
Sedari kecil saya teramat percaya bahwa dalam hati setiap orang ada dua bibit unggul yang siap merambatkan akarnya sejak manusia itu terbentuk yaitu sifat baik dan sifat jahat. Seiring dengan pertumbuhan manusia, kedua bibit unggul tersebut juga ikut bertumbuh dan pertumbuhannya sangat tergantung kepada masing-masing pribadi yang menjadi tempat penyemaian sang bibit mau memupuk yang mana. Kata orang bijak, hidup itu pilihan mau menjadi manusia yang menghargai sesama atau yang menginjak sesama. Kalau Susanna Tamaro bilang,”Va’ dove Ti porta il cuore” pergilah kemana hati membawamu. Yesus berpesan, “kasihilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membenci kamu, minta berkat buat orang yang mengutuk kamu dan berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”
Dan air mata kembali menggenangi pelupuk mata mendengar Doa Bapa Kami yang dibisikkan oleh Marine di ruang tempat pemerkosaan keji yang dilakukan oleh militan Hutu terhadap Jeane dan para wanita Tutsi. Ruang dimana Jeane memilih meledakkan granat di tangannya dan mati bersama kaumnya daripada diperlakukan secara keji, ruang yang menjadi salah satu saksi bisu pupusnya kemanusiaan di bulan April yang kelabu,“And lead us not into temptation, but deliver us from evil, for Thine is the kingdom, the power and the glory, forever and ever. Amen.”
Semoga kita selalu mau belajar untuk menghargai, mencintai, menghormati dan mengasihi sesama dengan tulus. Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka – [Lukas 6:31]
Spesial thanks untuk Yosef yang telah membuka ruang kantornya untuk tempat kita nobar (sampai satpamnya mengira gw orang pilem wkwkwk), untuk teman-teman yang semalam telah berbagi cerita dan tissue : Nelden, Mimi & Imagi, Amel, Rara, Unyun, Anne, Ipop, teh Ety dan b!ng. How bout next nobar “Tanah Air Beta” ? O,iya last but not least, abang ojek samping kedutaan Belanda yang telah mengantarkan saya dengan selamat sampai depan gerbang CSEASI walau diomelin sepanjang jalan (lain waktu kita kenalan deh bang) hehehe.
*ditulis sambil mendengarkan Beta Maluku-nya Molukka Hip Hop dan Bless The Broken Road-nya Selah* [olive]
Nobar tanabe kapan ??