Jarum jam Taman Kota Tua menunjukkan pk 07.06 pagi saat kaki bergegas meninggalkan pemberhentian terakhir bus transjakarta jurusan Blok M-Kota. Langit sangat bersahabat dengan warna birunya yang mentereng sedang matahari mulai menyengat hingga ke pori-pori. Pagi ini kembali menunaikan tugas kenegaraan Batmus membantu mengurusi keperluan peserta yang akan berkeliling mencari jejak Abel Tasman. Langkah dipacu menyeberangi jalan bawah tanah, gedung NHM (Nederland Handel Maatsshaappij) menjadi titik temu pagi ini.
Karena tergoda dengan birunya langit tak lupa untuk mengabadikan NHM dari bawah under pass dengan henpon cupu nan canggih yang setia menemani. Tata sana tata sini, sesi pendaftaran siap digelar menyambut peserta yang mulai berdatangan, ada yang bersama keluarga, teman, pacar, rombongan atau yang lagi jalan sendiri. Hingga akhirnya muncullah sepasang bule plongok-plongok mendekati meja pendaftaran dan terjadilah “ketololan yang wajar” saat dilakukan transaksi pembayaran ongkos plesiran oleh si bule.
Dibilang wajar karena kita gak tahu sama sekali bahwa bule itu adalah Duta Besar Selandia Baru Bp. David Taylor dan istrinya ibu Theresa sehingga kita memperlakukan beliau seperti peserta lainnya. Lagipula di daftar peserta nama beliau tidak tercatat sebagai peserta spesial, jadi wajar donk kita melakukan “ketololan” itu. Beliau sendiri cukup santai mengaku belum transfer lalu mengeluarkan dompet dan membayar ongkosnya. Setelah semua transaksi selesai, beliau mendapat name tag, uang kembalian serta roti buaya baru deh kebuka siapa beliau. Hahahahaaaaaa …malu tapi ya bangga karena telah melayani seorang duta besar dalam kesederhanaan tanpa protokoler yang gak penting itu. Coba bayangkan kalau petinggi negeri ini yang datang ke suatu perhelatan, beeeuuuuuuuuhhhhhhh sirine dan pasukan pengamannya berlapis tapi gak seenak kue lapis legit kesukaan mantan pacar.
Mencoba membayangkan andai yang tadi dilayani adalah salah satu petinggi (atau yang merasa dirinya orang penting) negeri ini bisa jadi suatu proses hukum telah berlangsung, boikot sana boikot sini bisa masuk black list kita. Hmmm …Indonesia perlu berkaca.
Catatan sehabis PTD Riwajatnja Abel Tasman
Minggu, 10 April 2011