Berburu kerbau bule & pa’piong


Senin, 27 Des 2010
Hari ketiga di kampung halaman pekerjaan Upi Abu bertambah : bangun pagi pk 05.30 jerang air panas, cuci piring, nyapu + ngepel terus siapin sarapan. Ini bukannya pekerjaan ibu rumah tangga ya ? Berarti Upi Abu sudah bisa naik pangkat jadi ibu rumah tangga donk, ayo siapa yg mo melamar hihihiii. Sarapan pagi ini pisang goreng siap beli di tempat langganan dan nasi goreng ala chef Coolyv (enak toh nasi gorengnya?) Dapat info hari ini adalah hari pasaran, berarti target pagi ini bisa plesiran ke Pasar Bolu.

Hari pasaran di Toraja merupakan hari dimana pedagang dan pembeli tumpah ruah memenuhi pasar yg jatuhnya 6 (enam) hari sekali. Di hari lain kegiatan perdagangan di pasar tetap berjalan tapi tidak seramai hari pasaran. Kalau menunggu hari pasar berikutnya gak akan keburu karena Unyun2 berencana meninggalkan Toraja 31 Dec malam walau bisnya tak pasti wkwkwk. Yang istimewa di hari pasaran adalah kegiatan di pasar hewan. FYI, pasar hewan sendiri hanya ada di Pasar Bolu dan Pasar Makale tapi yg paling ramai adalah di Pasar Bolu.

pasar bolu, toraja
Seorang anak memberi makan kerbaunya yang siap dijual di Pasar Bolu

Habis sarapan (catat baik-baik yaaa …blom mandi hanya cuci muka dan sikat gigi) kita berangkat ke Pasar Bolu dengan mencegat angkot di depan rumah. Janjinya sih hanya sebentar, namanya juga cuma mau lihat-lihat hari pasaran dan transaksi hewan yg konon satu-satunya di dunia. Sampai di pasar disambut teriakan penjual obat yg speakernya sengau-sengau cempreng. Wahhh, dah lama gak melihat pertunjukan akrobat tukang obat yg pagi itu ramai ditonton orang. Eitzzz ada grup motret yg lagi hunting nih, sepertinya dari Makassar tapi bawaanya kebanyakan dagangan tetangga sebelah ;).

Ada yg terheran-heran dengan transaksi cash yg dilakukan di tengah keramaian, tanpa sungkan-sungkan saat harga sesuai pedagang dan pembeli segera bertransaksi di tempat. Berapa, 17 juta? Ok silahkan hitung mantap kaliiii. Setiap mudik, saya selalu menyempatkan jalan-jalan ke pasar Bolu di hari pasaran bukan mau beli kerbau atau babi, tapi senang aja melihat aktifitas tersebut. Babi ukuran sedang pagi itu dihargai 1,5juta dan laku keras karena lagi musim pesta. Salah seorang pembeli bilang dia sudah 2x bolak balik beli babi karena masih kurang untuk dibawa ke acara pemakaman seorang kerabatnya.

pasar bolu, wisata toraja
Transaksi cash 17 juta!

FYI kerbau & babi adalah hewan yg memegang peranan dalam acara Rambu Solo’ maupun Rambu Tuka’ di Toraja. Kerbau bagi orang Toraja adalah harta karun yang dipelihara dan disayang-sayang, upah seorang gembala kerbau aja berkisar 500rb-1,2juta per bulan. Jadi jangan heran jikalau mendapati seorang gembala kerbau bisa menenteng henpon keren di tangan, mantap toh! Sehubungan dengan meningkatnya permintaan pasar setiap tahunnya, kerbau didatangkan juga dari luar Toraja.

Di perjalanan Makassar – Toraja kemarin, sempat beriringan dengan truk-truk pengangkut kerbau. Hal ini sudah berlangsung dari jaman saya masih kecil, setahu saya kerbau-kerbau itu banyak yg didatangkan dari daerah tetangga seperti Luwuk & Kendari. Bahkan konon sekarang malah ada yg diimport dari luar negeri. Wah, departemen peternakan perlu berpikir keras nih bagaimana caranya agar ketersediaan bibit kerbau unggulan Toraja terjaga dan terpenuhi tiap tahunnya.

Matahari yg mulai membubung tinggi menyengat hingga ke lapisan kulit terdalam, udah deh kulit belang bonteng lagi neh. Ternyata waktu sudah menunjukkan pk 12 pantas panas banget, haus dan perut mulai kriuk kriuk. Ahaaaa ..teringat kakak sepupu yg rumahnya bisa disambangi di dekat pasar, cek ricek lewat telepon orangnya ada di rumah dan kita diajak untuk mampir minum es kelapa muda. Uhuiiiiyyyy, gak bisa nolak. Es kelapa muda dicampur dengan irisan gula aren sungguh nikmat mengalir ke kerongkongan tandas dalam sekejap. Hmmm, rasanya pengen mencicipi tuak setelah sepuluh tahun lebih gak minum. Eh beneran dipesanin sang suke (= satu ulir bambu kecil) ke warung tuak di pasar plus order pantollo’ lendong favorit (= belut dimasak dengan bumbu kluwek). Karena perut mulai meronta, turun sendiri ke dapur bantu siapin sayur dan mengecek isi kulkas yg bisa dikuras. 30 menit makanan siap di meja : sop iga babi, sayur campur-campur ala Kuuliv, pantollo’ lendong pammarrasan, sambel segar khas Toraja dan tuak. Perfecto, mari kita makan!

wisata toraja, pasar bolu
Gini nih cara bawa babinya teman 😉
wisata toraja, pasar bolu
Bisa juga didorong dan dibonceng biar gak capek 😉

Selesai makan leyeh-leyeh sambil bergosip, saking kekenyangan dan susah untuk bergerak hahaha. Pk 14 mulai berembug untuk berangkat ke Malakiri, Pangli di sana acara Rambu Solo’ (= rangkaian upacara pemakaman adat Toraja) Ne’ Kunna sudah berlangsung dan sore itu ada adu kerbau. Timbang ditimbang diputuskan langsung berangkat karena terminal ada di dalam lokasi pasar dan tidak perlu pulang ganti baju, tanggung sekalian bau (ingat dari pagi belum mandi ya). Akhirnya ngebajak si Olan untuk ikut karena yg beracara di sana masih keluarga Mamanya. Di terminal angkutan jurusan Sa’dan kosong sementara penumpang banyak. Ada yg menawarkan carteran untuk drop doank tapi matok harga 120rb gak mau turun, akhirnya dia mundur karena dikomplein oleh beberapa calon penumpang yg sudah menaikkan barang di mobilnya.

O,ya angkutan umum di Toraja keren-keren lho ada Avanza, APV, Xenia, kijang kapsul disamping mikrolet biasa dan semuanya bisa mengangkut babi. Info dari ibu-ibu yg juga sedang menunggu angkutan jurusan yg sama, beliau sudah menunggu hampir sejam tapi belum ada yg masuk dikarenakan banyak kendaraan yg dicarter ke beberapa acara yg tersebar di beberapa kampung. Yasud, jalan dikit nyamperin mikrolet jurusan Ps Bolu- Rantepao tawar-tawaran harga hingga dapat satu mikrolet untuk nge’drop ke Malakiri dengan harga 70rb. Pulangnya sih gampang tinggal tunggu angkutan yg balik ke Rantepao.

Perjalanan ke Malakiri melewati jalan yg robek-robek untung tidak ada kolam di tengahnya hahaha (thanks to Rede yg mengingatkan istilah ini dan membuat saya senyum2 sendiri di bis saat berangkat dari Makassar). Karena sepanjang jalan menuju lokasi acara banyak kendaraan yg parkir sesuka hati, mobil sudah tidak bisa lewat jadi terpaksa turun berjalan kaki sambil dengerin omelan satu keluarga yg tidak bisa mengeluarkan kendaraannya terhalang kendaraan plat merah yg parkir tepat di tengah jalan. Hahaha ..satu bukti orang pemerintahan gak tahu aturan berlalu lintas !! (sayang lupa difoto buat bukti) Sorak-sorai penonton ma’pasilaga tedong (=adu kerbau) sudah terderangar dari jauh membuat kami semakin bersemangat untuk mencapainya.

adu kerbau, rambu solo
Adu kerbau di acara rambu solo’

“Wasiooorrrr !! turunkan Wasior !” heeee ? kita langsung pandang-pandangan, gileeee mereka tahu kita datang tepat waktu. Protokolnya terus berteriak lewat mikrophone mengiringi langkah mendekati arena. Para lelaki yg berdiri di pinggir lapangan mulai lirik-lirik ke arah kita, kebeneran pula si Unyun hari itu mengenakan kaos “WASIOR WARRIOR” yg gak ada hubungannya dengan panggilan tadi. Ambil posisi merapat ke bibir arena yg dibatasi dengan pagar bambu & spanduk. Lama-kelamaan pembatasnya rusak karena terinjak-injak saat penonton berlari menyelamatkan diri agar tidak diseruduk kerbau. Semua kerbau yg turun berlaga punya nama yg unik mis Wasior, Depok, Matic, Densus 88, biasanya pemberian nama berdasarkan asal si empunya atau istilah yg lagi nge’trend.

Puas melihat adu kerbau, penasaran untuk melihat keranda jenazah dan berjalan ke lokasi upacara inti pake trekking dikit karena lokasinya di atas bukit. Ternyata jenazah masih di atas rumah dan sore itu kita disambut oleh Ranald dan keluarganya dengan suguhan teh kopi dan pokon penganan khas Toraja. Habis ngeteh diajak berkenalan sama Sokko Lotong Boko’ milik keluarga yg konon adalah satu-satunya di dunia. Ini tedong eh kerbau sudah tua, harganya 360juta saja walau ada yg berminat untuk membeli tapi tidak dilepas oleh pemiliknya dan rencananya pada acara mantunu (=pemotongan hewan) nanti si tedong ikut dipotong.

kerbau bule, wisata toraja
bercanda dengan Lotong Boko’ di Malakiri
kerbau bule, wisata toraja
si Lotong Boko’ harganya 500juta tak dilepas oleh yg punya saking sayangnya

Kembali ke rumah duka, tuan rumah mengajak untuk makan bersama di lantang (=pondok bambu yg dibuat untuk menerima tamu & tempat tinggal keluarga selama acara Rambu Solo’).Gak salah, kita masih kenyang barusan juga minum teh dan makan kue ? Memang begitulah tradisinya, tamu pertama akan disambut dengan sirih pinang/rokok, lalu disuguhi minuman & kue-kue selanjutnya diberi makan sebelum pamit pulang agar tamunya gak kelaparan di jalan. Walau awalnya pada bilang kenyang, ikan mas goreng plus sambal berikut rebusan daging kerbau meluncur juga ke piring untuk digado hahaha.

Selesai makan, kita ditahan oleh keluarga karena akan ada acara ma’ po pengkalao (= menurunkan jenazah dari rumah ke alang/lumbung) untuk persiapan dipindahkan ke lokasi upacara esok harinya. Kesempatan langka, sambil menunggu keluarga berkumpul kita ngaso-ngaso dulu di atas alang sambil menikmati suguhan teh manis plus kue (lagi). Pk 17.30 gong dibunyikan pertanda acara segera dimulai, para lelaki naik ke atas rumah untuk menggotong jenazah.

wisata toraja, rambu solo
Ma’popengkalao, acara menurunkan keranda jenazah dari rumah ke tempat upacara

Jenazah yg sudah disimpan di dalam peti berbentuk bulat berukir diangkat beramai-ramai oleh anggota keluarga diiringi tangis menggema dari seorang kerabat. Di depan alang sudah disiapkan keranda jenazah berbentuk rumah adat Toraja yg disebut saringan telah dihiasi dengan aneka pernak-pernik. Pk 18.30 kami pun pamit tak lupa berterima kasih telah diterima dan diservice dengan baik, bahkan pulang ke Rantepao pun ‘nebeng Robert adik Ranald. Setelah mandi, kita berangkat ke Singki’ untuk makan malam. Chanchan yg dah teler dan kekenyangan memilih untuk tinggal di rumah beristirahat. Sebenarnya ada ibadah Natal tapi dari sore sudah ijin ke tuan rumah bakal datang telat karena masih di Malakiri, makanannya disiapkan aja hahaha **gak sopan**

Seharian kenyang dengan daging, malam itu yg disendok ke piring hanya tumis sayur pare (tumisnya sih tetap dicampur dengan daging babi hehehe), sambal dan 2 ekor udang goreng tepung. Terakhir ditutup dengan segelas es buah, 2 potong semangka dan sepotong puding coklat. Nikmatnyaaaaaa, kurang pa’piong nih 😉

4 thoughts on “Berburu kerbau bule & pa’piong

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s