ke kota kecilku


“Kayak pembokat aja mudik, emang loe orang kampung ya Bend? Kek gw donk orang kota 😉” canda seorang teman yang dilempar di salah satu jejaring sosial. Maksudnya sih buat manas-manasin, berhubung saya bukan tipe orang yang cepat terpancing candaannya dibalas dengan candaan juga. Lagipula saya gak memungkiri kalau saya memang berasal dari kampung & bangga punya kampung. Begitu menjejakkan kaki di kampung halaman, turun dari bis simpan koper terus balik ke halaman depan menenteng henpon kacangan crek-crek than upload gambar biar eksis. Hahahahaha … bener aja, ada yang langsung kipas-kipas kepanasan dan minta diajak mudik karena gak punya kampung. IMPAS !!!

Bagi yang suka ‘ngopi di warung kopi entah di warkop pinggir jalan ataupun di mol pasti sering mendengar kopi Toraja Arabica, kopi khas dari Toraja. Sebenarnya sudah lama ingin berbagi bagaimana cara mencapai kampung nan indah, dingin dan menawan di dataran tinggi 350km utara Makassar, ibukota Sulawesi Selatan tersebut. Tapi keseringan ditunda akhirnya lupa dan baru teringat lagi saat ada yg bertanya kalau mau ke Toraja, gimana caranya ? Ibarat pisang goreng yang enak dimakan hangat-hangat ditemani secangkir kopi atau teh manis panas, mumpung masih hangat habis mudik yuk berbagi cerita perjalanan akhir tahun kemarin.

Kamis, 23 Des 2010 pk 04.00
Gubrakssss ! Loncat terbangun menyambar henpon yg bergetar di meja …upzzz dari pool taxi. Mampus, isi koper masih berserakan karena tertidur saat packing dan taxi sudah menunggu di depan sesuai orderan. Jiaaaaahhhh, isinya diumpel-umpelin aja yg penting bisa ditutup, lari ke kamar mandi sikat gigi cuci muka balik kamar ganti baju nyamber tas ‘n geret-geret koper menuruni anak tangga. Huff …hufff …terengah-engah masuk taxi tengok jam tangan pk 04.15,
“pagi mas, pesawat saya pk 05 keburu kan ?”
“keburu mbak, terminal berapa?”
chit chat bentar diingetin untuk cek tiket etc, semua ok titp uang tol jalan. Eh, ditengah tol si masnya lirik kaca spion terus nanya “masih di Carrefour mbak?”
Heeeee ? Penasaran, lirik ID ke dashboard koq mukanya gak familiar. Apa sering jemput saya ya? Sampai soeta pk 04.45 saat nurunin koper tepok jidat, pantes aja si mas tau logonya terpampang di koper.

Selesai chek in, disamperin seorang ibu yg bingung mau ke arah mana. Ibunya naik mbak Sri juga tapi tujuannya Sumatera, entah karena masih setengah sadar saya menunjukkan gate B7 tempat yg seharusnya saya tuju ke si ibu sementara saya berjalan ke gate B2. Sampai di B2 petugasnya belum ada, otak saya mulai ON ada yg salah nih masa bentar lagi terbang masih sepi ? Karena kebelet vivis, turun dulu ke toilet sembari cuci muka lagi biar seger. Balik ke ruang tunggu cek boarding pass, oalaaaahhhh saya harusnya ke gate B7 kenapa tadi tunjukin arah yg salah ke si ibu ya ? Waduh merasa bersalah, kasian tuh si ibu tapi pesawat doi sih masih 1,5jam lagi. Buru-buru keluar dan tadaaaa berpapasan dengan si ibu di depan pintu sembari minta maaf salah info, maluku di ambon deh.

Penerbangan Jakarta – Makassar dengan mbak Sri on time dan berjalan mulus. Terbukti setengah perjalanan saya lewatkan di alam mimpi setelah ngobrol sebentar dengan saudara sepupu yg bertemu saat boarding. Kumpulan awan yg berarak di birunya langit di luar jendela sudah tak mempan untuk menahan mata saya yg mulai merem melek karena kantuk. Gak peduli dengan 2 orang gadis belia di sebelah yg berisik pamer foto-foto narsis atau mbak-mbak pramugari yg wara-wiri mendorong gerobak membagikan kotak snack, mata saya memilih untuk zzz…zz…z.

Sampai Hasanuddin pk 09.00 sempat sewot sama calo yg menggeret koper saya ke taxi, begitu dia minta uang rokok saya omelin dulu baru saya beri dua ribu perak hahaha. Bukannya pelit, orang kopernya kecil ringan & nariknya gak sampai 50m enak aja minta upah kan saya gak minta dibawain ? Salah sendiri main narik koper orang ;). Dari bandara langsung ke rumah kakak sepupu di Tamalanrea berbagi gosip hangat sembari menunggu sarapan siap. Sebenarnya sih ada rumah di depan rumah kakak sepupu, tapi ditempati oleh keponakan yg pada kuliah, dan cara paling gampang cari makan ya di rumah yg isinya orang kerja hehehe.

Hujan deras mengguyur kota Daeng, rencana untuk plesir ke kota dibatalkan diganti dengan mencari salon terdekat untuk merapikan rambut dan krimbat. Setelah mandi, gosip dilanjutkan hingga makan siang pun tersaji di meja makan untuk disantap. Secara kebetulan sehabis maksi ada rekan kantor sepupu yg bertandang ke rumah, akhirnya ‘nebeng keluar kompleks untuk nyalon. Hahahaha …gak gw banget, rekor hari itu menghabiskan waktu 3 jam saja untuk urusan rambut karena tukang salon yg mengurusi rambut hanya 1 orang sementara yg antri banyak ! Cari untung banget sih yg punya ?

Pk 17 balik ke rumah mulai bertanya kepastian tiket bis ke Toraja karena menjelang waktu keberangkatan tiket belum di tangan, sementara semua armada bis jurusan Toraja sudah fully booked. Ya iyalaahhh … libur natal plus akhir tahun ditambah semarak Lovely December yg didengung-dengungkan bakal menyedot banyak pendatang selain orang Toraja yg pada mudik. Baru kali ini mudik pake sport jantung dari urusan bangun kesiangan, mencari tiket bis hingga perjalanan yang terhambat oleh jalan rusak & insiden di tengah jalan.

Sebenarnya dari awal bulan sudah pesan tiket bis tapi akibat telat bayar, kursinya dijual oleh petugas di perwakilan (pool bis) ke orang lain. Lewat jasa orang dalam, pk 19 baru deh dapat telpon dari perwakilan mengabarkan ada bis tambahan pk 22 tapi hanya ada 1 (satu) kursi yg tersisa padahal yg akan berangkat malam itu 4 (empat) orang. Kalau mau tunggu di depan kompleks nanti dijemput disitu, pembayaran akan ditalangin dulu oleh si om (ternyata si om masih keluarga bokap, dunia sempit). Karena masih mencari tiket untuk 3 (tiga) orang rekan yang akan menyusul 26 Des, saya minta diordein bossowa & mengabari si om saya meluncur ke perwakilan Alam Indah untuk bayar tiket. Pfiiuuuuuhhh, sampai perwakilan riweuh dengan calon penumpang yang mencari tiket untuk mudik dan tak ada bangku kosong hingga akhir bulan.

Pk 21.30 sambil menunggu bis bergerak, saya sudah siap untuk molor (lagi) di bangku nomor 15 yg sudah disetel untuk tidur dan beneran tertidur hingga ditowel-towel seseorang “weiii, roti Maros! roti Maros!!” Ih iseng banget sih kondekturnya ? Saya gak mau beli roti unyil eh roti Maros koq dibangunin ? Sudah siap ngamuk andai tak mengenali tampang si perusuh itu adalah saudara sepupu yang ternyata naik dari depan bandara pantas gak liat di perwakilan. ‘Ngobrol bentar sambil nguap-nguap akhirnya tertidur lagi saat bis mulai bergerak meninggalkan toko roti Maros hingga terdengar kegaduhan krrriiiiiiik …awaaaas !!! Jantung rasanya mau copot saat buka mata silau tertimpa sorotan lampu bis dari arah berlawanan yg melaju kencang tepat di depan saya. Spontan ikutan berteriak “Aaaaarrrrrrgggghhhhh!” dalam hitungan detik nih bis bakal menghantam sisi tempat duduk saya. Di depan mata kedua bis mulai oleng kanan kiri kanan kiri saling menghindar, suara rem berderit-derit di aspal ajrut-ajrutan banting stir ke kiri melompat ke bahu jalan hingga berhenti dengan sukses karena terperosok ke gundukan tanah. Thanks Papa J, we are safe.

Satu per satu penumpang terbangun mendengar kegaduhan, sementara bis yg satu terperosok di sisi kanan jalan. Laju lalu lintas tersendat dan akhirnya macreeet karena dua badan bis besar berpunggungan menguasai bahu jalan. Sejam lebih bis didorong ditarik hingga seorang ahli dari bis sebelah turun tangan ngasih instruksi dan komando satuuuu duaaa tigaaaa …yesss! Pk 03 lewat perjalanan dilanjutkan, berhenti lagi di daerah Enrekang pk 04.45 ada bis yg nyungsep menabrak pohon, barang berceceran di pinggir jalan. Penumpang yg terluka dilarikan ke rumah sakit dan sebagian penumpang berikut barang diangkut ke bis kita . Akibat dipaksa narik pp menyebabkan kecelakaan karena sopir kelelahan dan mengantuk. Gitu deh kalau pengusaha bis mau cari untung tanpa memperhatikan keselamatan orang banyak. Pk 08 baru masuk kota Makale, mutar-mutar menurunkan penumpang begitu bergerak ke Rantepao ngeeeeek bis mogok di To’Kaluku. Haiyaaaa makin siang aja nih sampainya, setelah mesin diutak-atik hidup juga akhirnya.

Jumat, 24 Des 2010 pk 10 teetttt
Home sweet home. Turun di depan rumah, baru kali ini menempuh perjalanan 12 jam Makassar – Rantepao. O,ya biar dikata bisnya besar selama masih di dalam kota dan gak masuk sampai pelosok pasti akan dianterin sampai depan pagar rumah. Sopir atau kondektur akan bertanya ke setiap penumpang mau turun dimana? Di Jakarta ? kalo gak diturunkan di terminal siap-siap dioper di tengah jalan hehehe. Masuk kamar lanjut tidur lagi zzz…zz..z

pf. cerita jalan-jalan berikut budgetnya menyusul ya, waktunya zzz..zz..z

20 thoughts on “ke kota kecilku

Leave a Reply to N@n! . Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s