The Last King of Scotland

Kemarin malam begadang mutar dvd yang sudah sekian lama dianggurin, antrian kepingan film yang belom ditonton masih banyak, maklum lebih sering ditonton film daripada nonton. Yang terjadi, setiap menyalakan TV dan mulai mengambil posisi yang nyaman, malah zzzz …zzz..zz. Akhirnya, semalam entah sepagi, memutar The Last King of Scotland yang ditemukan saat iseng mengubek – ubek dvd di Point Square, Kamis lalu. Sukanya yang berbau-bau “the last …”

Film drama produksi bersama Amerika dan Inggris ini diangkat dari novel berjudul sama karya Giles Foden dengan setting Uganda pada 1970-an semasa pemerintahan Jenderal Idi “the Butcher of Uganda” Amin Dada Oumee yang kejam dan brutal.

Berkisah tentang dokter muda keturunan Scotland, Nicholas Garrigan yang bergabung dengan tim misi di klinik Dr David Merrit. Garrigan yang terkagum-kagum dengan Idi Amin akhirnya berinteraksi langsung dengan sang presiden dan memberikan bantuan P3K ketika mobil Idi mengalami kecelakaan sekembali berkampanye dari desa tempat pos misi Garrigan.

“Scottish? Ha! Ha! Why didn’t you say so? Great soldiers. Very brave. And good people. Completely. let me tell you, if I could be anything instead of a Ugandan, I would be a Scot.”

Dan persahabatan pun dimulai dengan saling bertukar pakaian. Idi Amin mengeluarkan kemeja militernya ditukar dengan kaos softball bertuliskan Scotland punya si Garrigan, oleh-oleh buat putranya, Campbell.

Terpesona dengan tutur bahasa Garrigan, Idi Amin mengangkatnya menjadi penasehat dan dokter pribadi kepresidenan. Hidupnya berpindah dari ranjang reot di pos misi ke kasur empuk di Kampala.

Kepercayaan itu memudar kala Garrigan menjalin hubungan spesial dengan Kay, istri ketiga Amin yang diasingkan dari keluarga karena melahirkan anak epilepsi MacKenzie, adik Campbell. Hubungan terlarang itu membuahkan janin dalam kandungan Kay yang membuat mereka ketakutan sehingga Kay mencari cara untuk menggugurkan kandungannya karena Garrigan menolak melakukannya.

Garrigan yang telah menyampaikan niatnya untuk kembali ke kampung halamannya di Inggris terpukul ketika mendapati potongan – potongan tubuh Kay di atas meja operasi. Perbuatan keji yang dilakukan oleh orang  – orang suruhan Amin. Walau sempat disiksa oleh pengawal Amin, atas bantuan Dr Djunju, Garrigan berhasil lolos dan ikut bersama rombongan orang asing yang diijinkan untuk meninggalkan Uganda saat terjadi penyerangan tentara Isral untuk menyelamatkan para sandera di bandara Entebbe.

“I am tired of hatred, Doctor Garrigan. This country is drowning in it. We deserve better. Go home, tell the world the truth about Amin. They will believe you, you are a white man”

Faktanya :

• Idi Amin memerintah Uganda 1971 – 1979 setelah mengkudeta Presiden Milton Obote. Semasa pemerintahannya, Uganda mencuri perhatian dunia.
• Pada 1972 Uganda dilanda krisis ekonomi parah setelah pengambilan keputusan Idi Amin yang meminta orang Asia dan semua warga asing yang sudah menjadi warganegara Uganda harus hengkang dari Uganda.
•  Idi Amin memiliki 4 (empat) orang istri : Sarah, Kay, Norah dan Medinah. Kay menjalin affair dengan Dr Mbalu Mukasa, dia meninggal saat menjalani aborsi di tangan Mukasa. Kay dimutilasi bukan atas perintah Amin tapi dilakukan sendiri olah Mukasa yang kemudian bunuh diri.
• I love Africa   😉

Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini. Kalau belum nonton, nonton deh, saleum [oli3ve].