Day 02 : Jumat, 18 Agustus 2006
Pk 05.00 penghuni bungalow kita membuat keributan di pagi² buta, Kak Mida kita suruh jadi instruktur senam pagi. Di belakangnya berjejer Endang, Ita, Elvi & saya … Endul yg baru bangun tidur di bungalow depan hanya memandangi kelakuan kita dari teras. Heran deh, gak ada yg protes lho !! padahal malam² pun kita yg paling ribut! Selesai senam karena antrian ke kamar mandi masih panjang, saya ‘numpang mandi ke kamar Diyas yg penghuninya udah selesai mandi semua. Pk 08 kurang dikit, sehabis sarapan buryam (sebenarnya sih saya hanya makan bubur putih dengan segelas susu hangat) kita berangkat ke Papandayan. Anggota di mobil berkurang 1 (satu), Mbak Tuti bergabung ke mobil Elf yang baru datang tadi pagi menggantikan mobil rombongannya Santi yg rusak.
Gunung Papandayan
Sepuluh tahun yang lalu, tepatnya Agustus 1996 bareng beberapa teman cewek pernah main ke tempat ini. Sayangnya kita gak sampai ke puncak saking patuhnya sama Nenek Neng Reny yang wanti² jangan nekat ke puncak karena seminggu sebelumnya ada yg meninggal di cabik² binatang buas. Bedanya dengan hari ini ?? Banyak banget perbedaan mencolok yg keliatan secara kasat mata. Diantaranya : kali yang dulu mengalir di sebelah kiri tebing tempat kita bisa berleha – leha sambil duduk di atas bebatuan setelah turun gunung; kini hanya berupa parit kecil , bukit² batu yg dulunya ada di kiri kanan jalan setapak menuju kawah sudah rata menjadi butiran kapur bercampur belerang setelah terjadinya muntahan lahar dari perut bumi pada pertengahan 2002 lalu. Gila !! Gak terasa ya, ternyata waktu itu berlalu dengan cepat.
Pk 10.30 kita sampai di kaki Papandayan setelah sebelumnya berhenti sejenak di tengah jalan dikarenakan mobil Elf kencing sepanjang tanjangan sehingga tanki airnya kering. Sambil menunggu “perawatan” kita menggunakan kesempatan tersebut untuk berfoto ria diantara pohon cemara. Acara pendakian pun dimulai, di tengah jalan kita bertemu rombongan yg sedang melakukan pemotretan pre-wedding katanya sih dari Medan, jauh² pre-wednya di Papandayan ?? Ada yg bisik² kalo suatu saat salah satu dari mereka mau cerai pasti deh gak jadi teringat perjuangan berpanas ria saat pre-wed ke gunung he ..he… Jalanan mendaki (iyalaaahhh, namanya juga naik gunung) dibawah terik mentari membuat rasa dahaga yg tak hentinya menyerang sehingga persediaaan minum di botol juga menipis. ‘Gak semua peserta sampai ke atas bukit kawah karena kehabisan napas, udah gitu sampai di atas juga gak ada tempat untuk berteduh karena bukitnya gundul ! Puas mengambil gambar, kita kembali ke kaki gunung dan sempat²nya bergaya di depan kamera mas potographer yg lagi ada session pre-wed. Entah difotonya beneran yg penting bergaya dulu, kita tunggu aza kiriman gambarnya ke mailnya Bang Napi.
Sampai di parkiran, beristirahat sebentar di salah satu warung sambil menunggu yg lain. Entah karena lapar ataukah doyan, gorengan ibu warung dari bala² sampai pisang goring habis dalam sekejap. Untung masih dapat sepotong bala² yg blom sempat masuk ke mulut Elvi. Pk 11an semua peserta memasuki kendaraan masing² dan meninggalkan Papandayan menuju Kawah Kamojang. Di tengah jalan kita berhenti di Rumah Makan Sari Papandayan untuk makan siang sekalian teman² yg lain juga bisa sholat.
Disini di rumah makan Sunda yg ada di negeri sendiri sehari setelah perayaan kemerdekaan republik tercintahhh saya dan teman² mendapatkan ketidakadilan dari pelayan yg adalah bangsa sendiri karena mereka lebih mendahulukan melayani turis asing yg datangnya belakangan. Saya jadi teringat imel yg meramaikan salah satu milis seminggu kemarin,”apakah kita benar² sudah merasakan kemerdekaan itu ?” Saat diselidiki ke pelayannya, mereka berkelit dan mengatakan bahwa orang² asing itu sudah memesan makanan dari tadi hanya saja mereka pergi entah kemana dan baru kembali lagi. Halllahhhh, benar nggaknya mah hanya mereka yang tahu.
Ketika makanan pesanan kita yang terdiri dari : gurame goreng asam manis, gurame bakar saus cobek, karedok, gado – gado, sayur asem, lalapan, tempe & tahu goreng datang, langsung diserbu. Tanpa basa – basi semua tangan berlomba mengambil lauk sambil menyanyikan lagu panjang umur (maksaaaa deh, Ita di daulat berulang tahun) hmmmm …suasana hening pun tercipta saat semuanya asik melahap isi piring masing². Nahhh, ini baru namanya makan siang yg nuikmaaatt ! Sampai berdiri aza susah ha ..ha…habis celana pada kesempitan semua ! Setelah urusan perut selesai dilanjutkan dengan poto – poto (always yaaa) dengan tema berlibur di rumah nenek (ide siapa tuh ?) perjalanan pun dilanjutkan.
Kawah Kamojang
Hamparan kebun sayur mayur yg terbentang dari atas bukit di sisi kiri kanan jalan tanjakan yang kita lalui silih berganti dengan perkebunan tembakau diselingi perkampungan penduduk membuat mata enggan untuk dipejamkan, apalagi ditambah semilir angin pegunungan yg berhembus dari celah² jendela yg sengaja dibuka. Aihhhh, pengen pulang kampung euy ! Makin ke atas, terlihat pipa gas milik pertamina membentang di sisi jalan dan beberapa lahan gas pertamina yg letaknya tak jauh dari badan jalan, saya perhatikan penunjuk arahnya semua menggunakan kode awal KMJ (kek-nya singkatan dari Kamojang ya ?)
Pk 15.30 setelah mobilnya capek nanjak, sampai juga kita di areal parkir Kawah Kamojang. Karena ada rencana untuk mengunjungi Kampung Naga setelah dari sini, maka dibuat kesepakatan untuk mutar² cukup 20 menit setelah itu semuanya harus kembali ke mobil masing² sehingga kita tidak kemalaman. Hmmm, emang puas ? Kita jabanin aza deh !!
Kawah Kamojang adalah lokasi biothermal yg pertama kali dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi dan termasuk list gunung berapi aktif dunia. Konon, Kamojang adalah “penunggu” kawasan tersebut yg berwujud seekor ular; selain Kamojang juga terdapat “penduduk” lain yg menghuni kawasan tersebut yg terdiri dari sekitar 1000 warga. Banyak juga ya ? Satu kampung sendiri hi ..hi… malahan menurut info dari Santi berdasarkan hasil penglihatan bapak Kuncen; “para warga” tersebut mengikuti kita selama berada di sana. Si bapak juga mesti mastiin gak ada warga di Kamojang yg ikut sampai ke Jakarta. Untung deh saya gak bisa melihat makhluk halus jadi ketika waktu yg ditetapkan untuk berkumpul kembali di mobil hampir habis dan saya turun sendiri ke parkiran (tentunya sambil mampir poto sana sini) saya gak menemui hal – hal yg aneh. Hanya sempat gerimis sesaat di kawah hujan padahal dari arah bebatuan ada semburan air panas, katanya lagi nih di situ tuh penunggunya berwujud naga.
Sambil menunggu teman² berkumpul, saya muter² di sekitar kawah Kamojang, kawah Sekarat dan beberapa kawah lain yg terdapat di pinggir jalan. Letupan² panas dari perut bumi terlihat jelas di depan mata. Pk 16.15 turun gunung dan mampir ke Kawah Manuk untuk poto – poto secara sudah tidak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan ke Kampung Naga. Hayooo, tadi siapa yg buat timing berkunjung 20 menit ?? Puas poto – poto, perjalanan berlanjut ke kota Garut memborong oleh², ngebakso truzzz pada kalap lagi belanja kerajinan bambu : ada yg beli tudung saji sampai 4 model padahal katanya sih gak pernah masak di rumah jadi buat hiasan aza biar abang senang ha ..ha…
Pk 20.00 sampai di penginapan, badan sudah bau gak karuan sepatu udah gak jelas warnanya karena diselimuti debu. Ada rencana untuk berendam rame² di kolam air panas tapi gitu melihat isi kolamnya hanya sedengkul niatnya diurungkan. Kali ini, biar bisa cepat² mandi saya ‘nebeng mandi di bungalow-nya Endul sementara penghuninya sendiri belum pada selesai mandi. He ..he..siapa cepat dia dapat ! Kak Mida & Lenny ‘nebeng mandi di kamar cowok. Segeeerrrrr, apalagi habis mandi minum susu ‘n dengerin Mary bernyanyi Mandarin wahhhh serasa di Cina he …he..
mba olive, boleh tau rute angkutannya ga? maybe dari garutnya? mesti naik apa?…
*blm pernah ke papandayan*
mba olive, boleh tau rute angkutannya ga? maybe dari garutnya? mesti naik apa?…
*blm pernah ke papandayan*
yg pasti ke Garut bisa naik bis sampai di terminal, ganti naik angkutan elf jurusan kawah Papandayan. tapi kadang angkutannya cuma sampai di jalan besar, untuk naik sampai kaki gunung mesti nyambung dengan ojek
kalo kemarin sih, kita memang udah nyewa kendaraan dari Jkt
yg pasti ke Garut bisa naik bis sampai di terminal, ganti naik angkutan elf jurusan kawah Papandayan. tapi kadang angkutannya cuma sampai di jalan besar, untuk naik sampai kaki gunung mesti nyambung dengan ojek
kalo kemarin sih, kita memang udah nyewa kendaraan dari Jkt