08.20 – 11.30 Ereveld Menteng Pulo
Sabtu, 22 Juli 2006 pk. 07.15 saya masih di kost padahal pagi ini janjian dengan beberapa teman MP, Batmus & kantoor untuk ketemuan di halte Menteng Pulo pk. 07.30. Secara yg buat janji adalah saya, supaya gak di cap telat saya buru² mencari tukang ojek di depan rumah yg hari itu entah pada kemana sehingga saya harus berjalan kaki ke depan untuk mendapatkan ojek. Sambil jalan, saya menghidupkan hp yg langsung disambut masuknya sms dari Hanum,”Liv, nama saya masih ada list gak?” Waduh, sms dikirim pk. 05.20 tapi baru dibaca … saya pun me-reply dan bikin janji untuk ketemuan di Menteng Pulo karena saya otw (on the way maksudnya) ke tkp (tempat kejadian pemotretan ha ..ha..maksaaa). Di ojek sambil sekali² megangin helm yg kegedean hp bunyi, dari Hanum …mungkin sms-nya blom nyampe jadi tangan kanan pegang helmet tangan kiri angkat hp.
Sampai di Menteng Pulo, terlihat ATOZ kuning (bener gak sih, gak merhatiin dengan jelas) berhenti di depan gerbang masuk pemakaman, yg bawa pun berbaju kuning dan belakangan saya tahu dia adalah Titin. Setelah bayar ongkos, saya langsung berdiri di halte dan menarik nafas panjang karena gak telat. Sambil lirik kiri kanan dapat sms dari Rudy, dia masih di tol trus si Alice ‘n the gank juga masih di jalan. Jadiii, saya duduk manis aza di halte menunggu rombongan yg akan berkunjung ke Ereveld Menteng Pulo.

Dua minggu sebelumnya saya sudah kontak dengan pihak OGS untuk mengurus perijinan masuk ke Ereveld Menteng Pulo dan Ereveld Antjol. Senangnya, ketika Selasa 11 Juli pk. 07.30 mendapat telpon dari Ibu Regina mengabarkan surat jawaban dari P. Steenmeijer Directeur OGS Indonesia. Sik asik asik …akhirnya bisa mengunjungi tempat yg membuat penasaran selama 4 (empat) bulan belakangan ini. Ereveld Menteng Pulo adalah tempat pemakaman serdadu perang yg gugur pada masa perang dunia. Sebagian dari mereka dimakamkan di tanah, sebagian lagi yg gugur di Jepang diperabukan dan abunya disimpan di sini.
Pk 08.10 setelah semuanya berkumpul kita berjalan ke dalam TPU Menteng Pulo dan bertanya kepada salah seorang petugas di situ letak pemakaman Belanda, ternyata letaknya berada perciss di belakang Apartemen Puri Casablanca. Pk. 08.20 sampailah di depan gerbang Ereveld Menteng Pulo; saya menarik bel (yg berbentuk lonceng sehingga suaranya menggema) dan disambut oleh seorang petugas kebun. Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan, pintu gerbang dibuka dan saya diantarkan untuk bertemu dengan opzichter Rafel di kantoornya sementara teman – teman yg lain menunggu di depan. Melewati paving block diantara nisan – nisan berbentuk salib berwarna putih yg ditumbuhi rerumputan hijau, jantung saya sedikit berdesir (maksudnya ??). Serasa dimanaaaaaaaaa gitu, kayak di pilem – pilem mafioso deh. ‘Gak kebayang aza ini ada di Jakarta !
Memasuki ruang kerja yg luas dilengkapi seperangkat komputer di atas meja kayu ukuran besar, satu set kursi tamu dari rotan, satu buah TV berukuran 21 inch dan seperangkat sound system dengan loudspeaker yg besar² tersusun di depan pintu masuk. Pagi itu yg terdengar adalah musik keroncong yg sengaja di stel agak keras namun saat saya melangkah masuk ke ruangan volumenya dikecilin. Di balik meja besar seorang pria tinggi besar berdiri membelakangi pintu masuk serta merta membalikkan badan mengetahu ada tamu di pagi hari dengan tampang yg serius menatap tajam ke arah saya.
Setelah memperkenalkan diri dan menunjukkan surat pengantar dari OGS, Bp. Rafel (nama bapak tinggi besar itu) mempersilahkan saya untuk menunggu seorang petugas yg akan mendampingi kami berkeliling. Karena merasa asing di dalam ruangan, saya minta ijin untuk menunggu di luar saja. Setelah mondar – mandir di halaman samping, muncul seorang bapak berseragam coklat menghampiri saya kemudian kita berkenalan namanya Bp. Mustofa. Bapaknya langsung nyerocos menceritakan sejarah berdirinya Ereveld Menteng Pulo terus menunjukkan pusara Lt. SH Spoor, terus saya bilang, “Pak, boleh gak kita bertemu dengan teman² saya dulu nanti bapak cerita juga di depan mereka.” Sampai di depan, saya bertemu dengan Nathalie temannya Rudy yg punya toko bakery di Puri Casablanca. Kapan² boleh mampir duong ? :p Jadilah kita mulai tour de makam seluas 4 ha tersebut dipandu oleh Bp. Mustofa.
Puas berpusing – pusing, poto sana sini, ngobrol etc … pk. 11.20 ditemanin Rudy saya pamit ke Bp. Rafel; jadii total jendral saya masuk ke ruang kantornya Pak Rafel tiga kali. Pertama saat datang, kedua dikabari Titin kalo Pak Rafel nyari² saya mau foto kopi surat dari OGS pusat, ketiga saat mau pamitan. Ternyata setelah pertemuan yg kedua, Bp. Rafel bercerita banyak hal dan beliau ternyata ramah lho! He ..he.. abis bapaknya tadi gak pake senyum sih. Keluar dari kompleks ereveld yg dipagari tembok tinggi, tak lupa mampir di salah satu warung untuk minum es teh botol karena haus (padahal tadi tuh sambil muter di dalam udah minum air putih lhooo).
Yg berminat untuk lanjut ke Ereveld Antjol tinggal Rudy dan saya, tapi karena satu dan lain hal (kek-nya terhambat transportasi ya Rud ? :p) kita putuskan tidak jadi berangkat karena dapat info kalo masuk ke Antjol gak seketat di Menteng Pulo. Akhirnya kita berpisah di pelataran parkir Puri Casablanca .. Alice, Hanum dan saya ‘nebeng Angga sampai depan wisma Dharmala. Alice lanjut dengan burung biru ke Plaza Indonesia, Hanum dan saya ke Bendhil. Saya baru tahu, kalo Hanum pagi tadi baru nyampe Jakarta dari Yogya …dari kemarin saat dia bilang ada di luar kota tak pikir gak jauh² dari Jakarta he ..he.. Di depan pasar saya berpisah dengan Hanum yg langsung pulang untuk istirahat, saya isi bensin dulu di Bopet Uni.
Lagi asik makan dengan lauk ikan mas goreng yg krenyes – krenyes, saya berpikir udah ngurus perijinan kenapa gak sekalian hari ini saya datangin tuh Ereveld Antjol ? Hmmm …ajak siapa ya, sms Endang dia lagi bantu temannya pindahan, sms Pau Pau dia juga ada acara, karena gak ada yg bisa diajak berpanas ria soooo, jalan dewe deh ! hidup jalan !! Hi ..hi ..
1400 – 15.00 Jassenkerk
Pk. 13.00 saya berjalan ke halte TJ Bendhil menunggu busway ke kota, ada dua target yg harus di datangi siang ini. Akhirnya datang juga tuh si transjakarta yg audzjubillah penuhnya, dengan nyusup sana sini dapat posisi berdiri yg enak di tengah². Sampai di stasiun kota, saya berjalan kaki ke jalan Pangeran Jayakarta dan memasuki Gereja Sion di ujung jalan tersebut. Saya menemui bapak satpam meminta ijin untuk berkeliling di gereja, Bp. Barends mengajak saya ke ruang konsistori untuk mengisi buku tamu dan mempersilahkan saya menikmati bangunan tertua di Jakarta ini.
Yup, Gereja Sion atau dulu dikenal dengan Jassenkerk atau Gereja Portugis di luar Kota (di luar tembok kota Batavia waktu itu) adalah bangunan tertua di Jakarta yg bangunan awalnya berupa pondok dibangun pada th 1675. Pada 19 Oktober 1693 bangunan baru yg permanent dan dirancang oleh Ewout Verhagen dibangun atas lahan kuburan (beberapa kuburan masih terdapat di halaman depan gereja). Perabotan asli dari abad 17 masih menghiasi gereja seperti mimbar gaya Barok karya H. Bruyn yg masih digunakan sebulan sekali (kebaktian minggu pertama awal bulan), bangku gubernur jenderal , beberapa kursi dari kayu eboni yg masih dipergunakan,beberapa hiasan dinding dari kayu yg masih menggantung di dinding, lampu bahkan orgel tua dari abad 18 masih berfungsi dengan baik dan digunakan untuk mengiringi setiap kebaktian. Sebuah lonceng tua buatan th 1675 masih bergantung pada tiang kayu di samping gereja.Th 1950 gereja ini bergabung dengan Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) dan berganti nama menjadi GPIB Sion. Di depan pintu masuk masih terdapat beberapa kuburan diantaranya kuburan Gubernur Jenderal Henric Zwaardecroon yg meninggal th 1728, yg menyumbangkan sebidang taman yg luas di belakang gereja.
Saya menghabiskan waktu berkeliling di luar dan terutama di dalam gereja, mencoba duduk di atas bangku tua daaaannnn bermain orgel, prends!! Thanks banget buat Pak Taslam yang telah mengijinkan saya untuk melihat, menyentuh dan memainkan orgel kuno tersebut. Sejam telah berlalu, saya pun pamit kepada Pak Taslam dan Bp. Barends untuk melanjutkan petualangan (he ..he..).
16.00 – 17.00 Ereveld Antjol
Keluar dari gereja Sion, saya mengayunkan langkah ke stasiun kota lanjut gak ya ?? Sejumlah tanya berkecamuk dalam hati saya (novel banget dehhh), sudah pegang surat ijin, sudah setengah perjalanan kapan lagi bisa ke Ancol ? Ok, saya membulatkan tekad dan menyetop angkot bernomor M15A jurusan Tanjung Priok – Kota via Mangga Dua, ku duduk samping pak sopir yg sedang bekerja mengendarai angkot biru muda supaya baik jalannya.
“Pak, nanti lewat pintu timur khan ? Saya berhenti di situ ya.”
“Emang mau kemana, mbak ?”
“Ancol.”
“Kalo saya enakan turun di Barat, ato di pintu tengah sini lebih dekat.”
“Gak pak, saya di pintu paling timur aza!”
Ngotot …eeeh mas² yg duduk di sebelah saya ikutan nyuruh turun di pintu tengah. Si bapak gak tahu sih, saya khan mau ke ereveld bukan mau main. Akhirnya angkot di pinggirin dan berhenti di dekat lampu merah pintu Timur.
“Jalannya agak jauh mbak, lurus trus belok kiri!”
Iiihhh, si bapak ini … saya juga dah tahu jalan masuknya anyway “Makasih pak, makasih mas!”
Kenapa memilih pintu timur ? Karena dari sini lebih dekat (ini dekat menurut saya lho ..karena pake jalan kaki, entah deh buat yg gak biasa jalan) masuk ke Ereveld. Melewati trotoar khusus pejalan kaki yang di cat oranye + kuning dgn atap biru sampailah saya di tempat penjualan tiket masuk, pura – pura gak lihat petugas yg berdiri di jalur mobil mau slonong boy ke dalam (soalnya petugas yg khusus melayani pejalan kaki gak ada di tempat).
“Mbak, mau kemana ?”
“Sore mas, saya mau ke kuburan Belanda lewat mana ya?” (pura – pura.com again …biar bisa masuk gratis)
“Pintu masuknya di sini mbak, nanti di depan belok kanan kalo mau, naik kereta wara – wiri aza bayarnya goceng.”
“Kalo jalan kaki emang seberapa jauh?” (dalam hati, saya khan dah pernah jalan dari pantai karnival ke depan)
“Yaaa ..kira² sama dari depan ke sini.”
“Ok, makasih ya mas.”
“Hei, mbak pintu masuknya disini, ehmmm ..maksud saya bayarnya di sini.”
“Gratis donk,mas.” (soalnya di depan saya tadi ada yg masuk bawa dagangan lolos tuh)
“He ..he .. gak bisa mbak.”
Saya mengeluarkan lembaran sepuluh ribu ditukar dengan selembar tiket tanda masuk plus kartu parkir.
“Mas, ini buat apaan? Emang saya mau parkir ?”
“Lho, siapa yg ngasih ?” Teriak Mas – mas teman si jualan tiket dari loket sebelah
“Teman mas ini lho!”
“Saya minta lagi deh, tak kirain mbak bawa mobil.” (sambil senyam – senyum)
Gubraksssss !! Gak lihat apa saya bawanya ransel di belakang ? Ada – ada azaaaa, di depan bunderan saya berhenti sebentar untuk berpose di bawah ondel – ondel yg lucu (teteeeeeuuup, nomor satu pose). Saya menyeberang ke arah Pantai Ria, tadinya mau naik kereta wara – wiri tapi di depan pintu naik tertulis ongkosnya ceban bukan goceng lagipula keretanya gak kelihatan, jadiiii jalan sore – sore aza. Lagian pemandangannya cihuuyyy, saya menyeberang ke dermaga dan uhuuuiii di bawah pohon kelapa duduk berpasang – pasangan orang yg lagi kasmaran sedang memadu kasih. Di samping kiri, sepasang muda – muda asik berciuman (alamaaaak nyosss), agak depanan dikit pasangan yg asik berpelukan … di dermaga berjejer tuh pasangan² di kiri kanan jalan lagi menikmati dunianya, serasa dunia milik sendiri. RUU APP menyangkut masalah ini gak ya?? Keluar dari dermaga, saya mampir sebentar ke toilet umum untuk vivis dan cuci muka, gitu jalan lagi sampailah saya di depan bende (gong) terbesar di dunia dengan diameter 5.555m yg dibuat dari kuningan murni yg didatangkan langsung dari Italia oleh empu Triwiguno di Yogyakarta selama 45 hari dibantu 70 orang pandai besi.
Di samping kiri bende inilah agak di pojok pintu masuk ke Ereveld Antjol yg telah hadirkan rasa keingintahuan sejak pertama kali daku melewati tempat ini sehabis KKR Benny Hinn di Pantai Karnival empat bulan yang lalu. Akhirnyaaa …tepat pk. 16.00 sampai juga di tkp !! Suasananya sepiii, saya menarik bell sehingga menimbulkan bunyi yg membahana di dalam areal pemakaman. Gak lama muncullah seorang pemuda menghampiri gerbang dan mempersilahkan saya masuk setelah saya menjelaskan tujuan saya ke situ. Di temani Bp. Nur Ali saya melangkah ke dalam kompleks makam dan di persilahkan untuk mutar – mutar sendiri.
“Yakin, pak?”
“Silahkan aza mbak, tapi nanti jangan lupa untuk mengisi buku tamu di saung ya.”
Lucu ya … waktu di Menteng Pulo juga gitu, kita mengisi buku tamunya belakangan padahal lazimnya kalo berkunjung ke suatu tempat tamu mengisi buku tamu dulu baru masuk. Kebayang gak sih, mutar – mutar seorang diri di antara pusara hanya ditemani desir angin sore dari arah pantai dan semerbak wangi kamboja yg menebar di seantero makam ? Begitu lihat jam upzzz pk. 16.45 hampir satu jam saya di sini ! Saya melangkah keluar dari areal pemakaman dan berjalan ke saung menemui Bp. Ali yg menenami saya ngobrol santai (ihhh ngobrol santai di makam) sambil mengisi buku tamu.

Setelah mengaso sebentar, saya pamit dan berterima kasih sudah diterima dengan baik. Saya kembali mempersiapkan peralatan tempur dan berjalan ke depan memanggul ransel kebesaran, naik angkot ke stasiun kota trus nyambung dengan busway kembali ke Bendhil pk. 17.55. Rasa lapar dan haus menyerang dengan hebatnya, gilingan kenapa ya kalo udah mulai bokek di minggu – minggu terakhir pasti deh hasrat makannya meningkat tajam ? Saya pun mampir di Bobara warung masakan Manado langganan saya dan memesan semangkok tude kuah asam. Sambil makan saya sms Endang, ngabarin kemungkinan besok pagi gak bisa ikutan ng’genjot kalo gak bisa bangun pagi karena hari ini kaki saya telah berjalan berkilo – kilo meter. Pulang ke rumah, niatnya mau istirahat lebih sore tapii yg ada selesai mandi malah jadi fresh sehingga baru bener – bener istirahat pk. 23.00 teng.
Huaaaaaaa … terima kasih buat teman² yg telah menemani perjalanan hari ini : Rudy, Titien, Nathalie (senang akhirnya bisa ketemuan, setelah selama ini hanya via MP and sms), Alice, Nanis, Wiwid, Angga & Hanum. Ok prends, kapan² kita hunting bareng lagi yaakk !
Olive.. beneran masi pegi k ancol walo alone?? Hebat euy.. kl gue seh dah males duluan kali hehhe
BTW it's visto not atoz hehehehe =P
Olive.. beneran masi pegi k ancol walo alone?? Hebat euy.. kl gue seh dah males duluan kali hehhe
BTW it's visto not atoz hehehehe =P
..huuu seandainya gue bisa ikutan ..
..huuu seandainya gue bisa ikutan ..
he..he..berjalan kemana kaki melangkah, tanggung daripada pulang bobo sekalian capek
he..he..berjalan kemana kaki melangkah, tanggung daripada pulang bobo sekalian capek
sorry, yak…pas brangkat gak sy kabarin jadilah diriku pintong sendiri :p
sorry, yak…pas brangkat gak sy kabarin jadilah diriku pintong sendiri :p
bener2 niat
gw aja takjub sewaktu berkunjung ke banda aceh ada kuburan belanda yg terawat seperti yg loe bilang itu
seru jg buat difoto, bagus dan rapi bgt
bener2 niat
gw aja takjub sewaktu berkunjung ke banda aceh ada kuburan belanda yg terawat seperti yg loe bilang itu
seru jg buat difoto, bagus dan rapi bgt
yg namanya niat, kudu dijalani :p
yg namanya niat, kudu dijalani :p
hallo..mau nanya donk,,kalo di gereja sion kalo mau fotoan bayar ga?
hallo..mau nanya donk,,kalo di gereja sion kalo mau fotoan bayar ga?
tante pa nyonya apa miss nich manggilnya !!! ha3x….
oya saya boleh minta foto2 hasil potret gak nich
ak minta yg gereja sion terutama makamnya !!!!
fotonya buat pa2 saya.please….
klo bole kirim ke email ak y!!!odong_odong85@yahoo.com
terima kasih…ak tunggu balasan n fotonya y
tante pa nyonya apa miss nich manggilnya !!! ha3x….
oya saya boleh minta foto2 hasil potret gak nich
ak minta yg gereja sion terutama makamnya !!!!
fotonya buat pa2 saya.please….
klo bole kirim ke email ak y!!!odong_odong85@yahoo.com
terima kasih…ak tunggu balasan n fotonya y
tante ??? emang eike ma om situ ?
nyonya ??? wahhh …situ kudu sungkem dulu nih
btw, kalo mau liat fotonya click tulisan Gereja Sionnya aja itu nge-link ke fotonya koq
tante ??? emang eike ma om situ ?
nyonya ??? wahhh …situ kudu sungkem dulu nih
btw, kalo mau liat fotonya click tulisan Gereja Sionnya aja itu nge-link ke fotonya koq
mbak boleh nanya gak, gimana c caranya biar bisa dapet ijin masuknya? thanks bngt ya sebelumnya
mbak boleh nanya gak, gimana c caranya biar bisa dapet ijin masuknya? thanks bngt ya sebelumnya
mesti ngajuin ijin tertulis ke OGS, alamat bisa ditanya ke om google
mesti ngajuin ijin tertulis ke OGS, alamat bisa ditanya ke om google
aku dah pernah komen pas baca ini, kok gak ada yaa
masa sih? di sebelah kali komennya, karena di spam juga nggak ada tuh 😉